Para Pakar Ungkap Kunci Sukses Pengembangan Web3 di Indonesia di Acara BUIDLRS Web3 Sunset Gathering

Hasiholan
Melansir laporan dari Emergen Research, pasar Web3 Asia Tenggara diproyeksikan bernilai $6,4 miliar pada tahun 2030

JAKARTA, iNewsTangsel.id - PT Pintu Kemana Saja (PINTU), sebuah aplikasi crypto serba ada, kembali merayakan Coinfest Asia 2024, festival crypto terbesar di Indonesia. Dalam rangkaian kegiatan Coinfest Asia, PINTU turut memeriahkan Coinfest Week dengan menyelenggarakan acara BUIDLRS Web3 Sunset Gathering bertema "Unleashing Southeast Asia Web3 Potential". Acara yang diadakan di Valle Bali, Canggu ini merupakan hasil kolaborasi antara PINTU, AWS Startups, dan Saison Capital. Dalam kesempatan ini, tiga ahli berbagi pandangan mereka mengenai perkembangan Web3.

Qin En Looi, Partner dari Saison Capital, mengungkapkan bahwa industri Web3 di Asia memiliki potensi besar, terutama di sektor keuangan, karena didukung oleh lingkungan yang kondusif. Selain itu, banyak lembaga dan pemerintah di Asia telah bereksperimen dengan teknologi blockchain untuk menciptakan berbagai solusi. "Saya sudah berbicara dengan banyak developer Web3 dan melihat potensi mereka untuk menjangkau masyarakat luas. Saya pikir caranya sederhana, seperti mendorong interaksi pengguna dengan memberikan banyak opsi untuk membuat dompet crypto, misalnya melalui login media sosial atau email. Selain itu, tampilan antarmuka (UI) dan pengalaman pengguna (UX) yang mudah diakses juga penting. Menurut saya, para developer Web3 perlu berhenti malas dan terus berinovasi," jelas Qin En Looi, Senin (26/8/2024)

Brian Limiardi, Co-founder & CEO Copra Labs, menambahkan, "Jika melihat negara Asia Tenggara lain seperti Thailand atau Vietnam, meskipun mereka memiliki komunitas developer dan pasar yang lebih kecil, para pendiri startup mampu mengatasi tantangan dengan lebih baik dan terus berkembang. Pasar Web3 di Indonesia mungkin lebih kompetitif karena Indonesia memiliki ruang Web2 yang sangat besar dan dinamis. Untuk mendorong pertumbuhan pasar Web3, menurut saya katalis utamanya adalah kembalinya sektor Decentralized Finance (DeFi). Mungkin banyak narasi baru yang muncul di siklus ini, namun banyak orang tetap menyadari bahwa DeFi adalah lapisan aplikasi yang dibangun di atas infrastruktur yang jelas," ungkap Brian.

Tytan.eth (Ty Blackcard), Co-Founder Magnify Cash, juga menyoroti daya tarik pasar Web3 di Asia. "Jika kita melihat pasar seperti Amerika Serikat dan Kanada, orang-orang di sana sudah sangat familiar dengan crypto. Tantangannya bukan lagi kesadaran, tetapi lebih kepada hambatan edukasi yang membutuhkan waktu. Sementara di Asia, terutama di Indonesia, kita masih berada di tahap awal paparan terhadap crypto. Meskipun volume transaksinya belum besar, namun tetap menarik untuk diamati. Selain itu, kolaborasi terasa lebih mudah dan energinya lebih bebas mengalir dibandingkan dengan pasar Barat. Jadi, banyak energi, dana, dan perhatian yang tertuju ke arah ini," kata Tytan.eth.

Menurut laporan Emergen Research, pasar Web3 di Asia Tenggara diproyeksikan mencapai nilai $6,4 miliar pada tahun 2030, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 50,2%. Berdasarkan data dari Chainalysis, Indonesia menempati posisi ketujuh dalam indeks adopsi crypto global.

Editor : Hasiholan Siahaan

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network