TANGSEL, iNewsTangsel.id - Bayangkan rumah Anda dilapisi dengan wallpaper yang bisa tumbuh sendiri. Pada kasus endometriosis, jaringan yang seharusnya hanya melapisi bagian dalam rahim (seperti wallpaper di kamar) justru tumbuh di tempat lain, seperti ovarium, saluran tuba, atau usus. Pertumbuhan jaringan ini dapat menyebabkan peradangan, rasa nyeri, dan mengganggu fungsi organ reproduksi.
Mengapa Endometriosis Menghambat Kehamilan?
Pertumbuhan jaringan endometrium di luar rahim dapat menimbulkan berbagai masalah yang menghalangi proses kehamilan. Jaringan ini bisa menyumbat saluran tuba, jalur sperma menuju sel telur. Selain itu, peradangan kronis yang diakibatkan endometriosis dapat menimbulkan perlengketan pada organ di sekitar rahim, seperti ovarium dan tuba falopi, sehingga mengganggu ovulasi dan pergerakan sel telur yang telah dibuahi menuju rahim. Bahkan, peradangan terus-menerus dapat merusak kualitas sel telur dan sperma, serta menciptakan lingkungan rahim yang tidak kondusif bagi implantasi embrio.
Menurut Prof. Dr. dr. Tono Djuwantono, Sp.OG(K), penyebab pasti endometriosis masih menjadi misteri medis. Namun, ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan fenomena ini. Misalnya, Teori Sampson mengemukakan bahwa sel-sel endometrium mengalir balik melalui saluran tuba dan menempel di organ lain. Faktor genetik, ketidakseimbangan hormon (terutama kadar estrogen tinggi), serta gaya hidup seperti obesitas dan gangguan ovulasi, juga diduga berperan.
Gejala dan Diagnosis
Endometriosis tidak hanya menimbulkan nyeri fisik, tetapi juga gejala lain seperti perdarahan tidak teratur, kelelahan berkepanjangan, serta kesulitan hamil. Wanita dengan endometriosis juga dapat mengalami nyeri saat berhubungan seksual, perut kembung, dan masalah pencernaan. Diagnosis biasanya dilakukan dengan kombinasi pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi (USG) untuk mendeteksi jaringan yang tumbuh di luar rahim serta mengukur tingkat peradangan.
Pengobatan dan Gaya Hidup untuk Mengelola Endometriosis
Setelah diagnosis dipastikan, pengobatan dilakukan dengan berbagai pendekatan, mulai dari terapi medis (obat-obatan dan hormon) hingga prosedur bedah, tergantung tingkat keparahan. Perubahan gaya hidup juga penting untuk mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup, seperti menjaga pola makan dan aktivitas fisik.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait