JAKARTA, iNewsTangsel.id - Ancaman penyakit kritis kini tidak lagi hanya membayangi kelompok usia lanjut. Gaya hidup modern yang serba cepat, minim aktivitas fisik, dan tingginya konsumsi makanan tidak sehat mendorong peningkatan kasus penyakit serius di kalangan usia produktif.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, sepuluh penyebab kematian tertinggi di Indonesia pada 2021 mencakup stroke, penyakit jantung, diabetes, hingga gagal ginjal. Mayoritas penyakit tersebut erat kaitannya dengan pola hidup tidak sehat yang makin jamak di kalangan muda.
“Penyakit kritis seperti stroke dan diabetes tidak lagi identik dengan usia tua. Kini, kita melihat gejala serius muncul di usia 20-an dan 30-an. Biaya pengobatannya tinggi, proses pemulihannya panjang, dan tak jarang mengganggu produktivitas seseorang,” ujar Irene Dewi, Chief Bancassurance Officer FWD Insurance, dalam diskusi publik bertajuk "KRITIS: Kendalikan Risiko, Tangkal Penyakit Serius", Minggu (29/6/2025).
Irene menambahkan, sebagian besar generasi muda belum memprioritaskan perlindungan kesehatan dalam perencanaan finansial mereka. Banyak yang merasa masih sehat dan mengabaikan pentingnya proteksi, padahal mereka hidup dalam tekanan kerja tinggi dan lingkungan yang kurang mendukung kesehatan jangka panjang.
Data nasional menunjukkan peningkatan signifikan dalam kasus penyakit kritis. Pada 2023, tercatat hampir 30 juta kasus, naik 30 persen dari tahun sebelumnya. Lonjakan ini dinilai sebagai peringatan akan perlunya intervensi lebih dini dalam bentuk pemeriksaan kesehatan rutin serta perencanaan finansial yang matang.
“Proteksi terhadap penyakit kritis bukan hanya soal uang, tetapi juga soal ketahanan hidup dan kestabilan keluarga. Risiko kesehatan serius dapat menimpa siapa saja tanpa pandang usia,” jelas Irene.
Ia menekankan bahwa perubahan gaya hidup perlu dibarengi dengan peningkatan literasi keuangan, termasuk pemahaman tentang pentingnya perlindungan finansial menghadapi kemungkinan terburuk.
Dengan tren penyakit yang bergeser ke usia produktif, para ahli mendorong masyarakat, terutama generasi muda, untuk tidak menunda dalam menyusun strategi kesehatan dan keuangan jangka panjang. Tanpa kesiapan, penyakit kritis berpotensi melumpuhkan tidak hanya secara fisik, tapi juga secara ekonomi, tutupnya.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait