PONDOK CABE, iNewsTangsel.id – Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) kembali menjadi isu hangat di masyarakat, terutama di wilayah Tangerang Selatan.
Kekosongan pasokan ini tidak hanya memicu antrean panjang di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) milik Pertamina, tetapi juga berdampak signifikan pada operasional SPBU Shell swasta. Bahkan, beberapa petugas SPBU terpaksa mencari cara lain untuk bertahan hidup.
Pantauan di lapangan menunjukkan, sebuah SPBU Shell di kawasan Pondok Cabe, Tangerang Selatan, telah menghentikan operasionalnya selama hampir dua pekan. Tentu saja, kondisi ini tidak hanya merugikan pemilik, tetapi juga para karyawannya. Demi menyambung hidup, beberapa petugas SPBU nekat beralih profesi menjadi pedagang kaki lima di pinggir jalan.
Hadi (34), salah satu petugas yang sudah bekerja di SPBU tersebut selama lima tahun, kini terlihat sibuk dengan gerobak sederhana berisi aneka jajanan. “Sudah hampir dua minggu ini SPBU tutup karena tangki kosong. Daripada diam saja dan tidak ada pemasukan, saya putuskan jualan gorengan dan nasi uduk di sini,” ungkap Hadi sambil melayani pembeli. Ia berjualan di dekat area SPBU tempatnya bekerja, berharap bisa tetap dikenal oleh pelanggan lamanya.
Hal serupa juga dilakukan oleh Siti (28), rekannya yang kini menjual aneka minuman dingin dan camilan. “Kami tidak tahu sampai kapan kondisi ini akan berlangsung. Gaji harian juga terhenti. Makanya kami coba jualan seadanya, yang penting ada uang untuk makan sehari-hari,” tutur Siti dengan wajah cemas.
Para petugas ini berharap masalah pasokan BBM bisa segera teratasi. Mereka menyadari bahwa berjualan makanan tidak dapat menggantikan pendapatan tetap mereka sebagai petugas SPBU. Namun, situasi ini memaksa mereka untuk kreatif demi bertahan di tengah ketidakpastian.
Pihak manajemen SPBU swasta yang bersangkutan belum memberikan keterangan resmi terkait penyebab pasti kekosongan pasokan ini. Namun, isu yang beredar di kalangan masyarakat menyebutkan bahwa keterlambatan distribusi dari pemasok utama menjadi penyebab utamanya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait