"Setiap bulan, wanita mengalami fluktuasi hormon estrogen dan progesteron yang memengaruhi elastisitas pembuluh darah. Kondisi ini diperparah saat kehamilan, di mana lonjakan hormon membuat pembuluh darah lebih mudah melebar," jelas Yuliardy saat ditemui di TSpace, Bintaro, belum lama ini.
Selain itu, sambung Yuliardy, saat hamil terjadi tekanan besar di area perut yang menghambat aliran darah dari kaki ke jantung. Akibatnya, darah tertahan di tungkai bawah dan memperbesar risiko munculnya varises.
Dia mengatakan, kehamilan berulang juga meningkatkan risiko. Wanita yang telah melahirkan lebih dari tiga anak berada dalam kategori berisiko tinggi.
“Setiap kali hamil, tekanan pada vena meningkat. Jika ini terjadi berulang, pembuluh darah semakin lemah dan akhirnya rusak permanen,” tambah Yuliardy.
Selain faktor biologis, ia menyebut gaya hidup modern wanita turut memperburuk kondisi. Penggunaan sepatu hak tinggi dalam waktu lama, meskipun terlihat modis, ternyata berdampak buruk pada kesehatan pembuluh darah kaki.
“High heels membatasi gerakan otot betis. Padahal, otot betis berperan penting sebagai pompa darah alami menuju jantung. Kalau tidak aktif bergerak, darah tertahan di kaki dan berpotensi menyebabkan varises,” jelasnya.
Yuliardy mengungkapkan wanita kantoran yang duduk terlalu lama tanpa peregangan juga berisiko tinggi, terutama bila dikombinasikan dengan kebiasaan menggunakan sepatu hak tinggi setiap hari.
Untungnya, varises dapat dicegah dan ditangani sejak dini. Bagi wanita, langkah pencegahan dapat dimulai dengan mengurangi penggunaan sepatu hak tinggi secara berlebihan, karena tekanan pada kaki dapat memperburuk kondisi pembuluh darah.
"Jika sudah mengalami gejala, langkah pertama adalah melakukan USG pembuluh darah untuk mengetahui tingkat kerusakan vena. Salah satu metode penanganan modern yang minim risiko adalah terapi ablasi laser, yang bisa memperbaiki pembuluh darah tanpa operasi terbuka," ungkap Yuliardy.
Selain itu, hadir sebuah solusi untuk mengatasi masalah varises ini dengan diresmikan Indonesia Vein Center (IVC) dari dokter Yuliardy yang hadir sebagai pusat layanan modern yang berfokus pada penanganan masalah pembuluh darah, khususnya varises. IVC menawarkan metode terapi dengan teknologi terkini yang minim nyeri dan minim sayatan, sehingga memberikan kenyamanan lebih bagi pasien.
"IVC hadir untuk memberikan perhatian khusus pada kesehatan pembuluh darah, terutama vena,”ucap Yuliardy.
Indonesia Vein Center didukung oleh tim dokter bedah vaskular berpengalaman, menggunakan protokol medis berstandar internasional, dan dilengkapi dengan fasilitas yang nyaman.
Klinik ini juga bersinergi dengan Beyoutiful Aesthetic Clinic untuk menghadirkan pendekatan multidisiplin bagi kasus yang memerlukan kombinasi antara penanganan medis dan estetika.
Melalui kolaborasi IVC dan Beyoutiful, Tompi mendorong dokter dengan keahlian dan pengetahuan yang baik untuk bisa menjadi entrepreneur dimana salah satu contohnya dr. Yuliardy Limengka yang membuka Indonesia Vein Center (IVC) di T-Space Bintaro 9.
Klinik ini hadir sebagai pusat layanan modern khusus pembuluh darah, terutama varises, dengan teknologi terkini, minim nyeri, dan minim sayatan. IVC didukung tim dokter bedah vaskular berpengalaman, protokol medis berstandar internasional, serta fasilitas yang nyaman.
“Kesehatan kaki sering terabaikan, padahal ini adalah setengah dari tubuh kita. IVC hadir untuk fokus pada kesehatan pembuluh darah, terutama vena,”kata Tompi.
Pria kelahiran Lhokshumawe, 22 September 1978 ini menilai adanya kerja sama dengan IVC merupakan buah pikiran seorang entrepreneur, dimana dokter yang memiliki keahlian dan juga pengetahuan baik dapat saling berkolaborasi untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien.
“Kerja harus dengan tim, berkolaborasi, enggak kerja sendiri. Dan jangan takut untuk memulai institusi sendiri, memulai grup sendiri, dan dibesarkan dengan pembagian yang adil,” tuturnya.
Suami dr Arti Indira ini pun ikut mendorong rekan seprofesinya, terutama yang lebih muda, untuk berani berpikir dengan menekankan entrepreneurship tanpa harus memikirkan kendala finansial.
“Era sekarang itu bukan lagi uang semata-mata jadi penentu. Lu kalau punya keahlian, lu punya pengetahuan, itu bisa lu monetisasi. Bukan enggak ada uang jadi enggak bisa bikin. Itu namanya sekolahnya kurang jauh, baru belajar nyuntik doang, belum belajar gimana cara nerapinnya,” pungkas Tompi.
Kolaborasi antara Indonesia Vein Center (IVC) dan Beyoutiful Aesthetic Clinic ini diharapkan mampu menghadirkan solusi multidisiplin untuk kasus yang membutuhkan kombinasi medis dan estetika, guna memberikan hasil yang lebih optimal bagi pasien.
Editor : Elva Setyaningrum
Artikel Terkait