“Di sini, desain dapur, menu bergizi lokal, hingga sistem logistik diuji dan dievaluasi sebelum diimplementasikan secara luas.” tegasnya.
Efek MBG tidak hanya terlihat pada peningkatan gizi dan kehadiran siswa, tetapi juga pada aspek ekonomi lokal melalui penyerapan pangan petani dan penciptaan lapangan kerja. Nilai sosial yang dihasilkan dinilai memberi dampak berlipat dibanding biaya yang dikeluarkan.
Dalam kerangka pembangunan manusia, MBG menunjukkan teknokrasi yang bekerja sunyi namun nyata: ia hidup bukan dalam jargon, melainkan pada dapur yang aktif memasak setiap pagi, sistem logistik yang bergerak, dan piring makan anak Indonesia yang kini terisi lebih baik.
Kebijakan yang baik bukanlah yang lahir sempurna, melainkan yang siap diperbaiki secara terus-menerus. Di sanalah MBG berdiri—di antara ilmu, empati, dan keberlanjutan tegas Isyraf.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait
