Teknologi dan Dokter Indonesia Makin Unggul Tangani Penyakit Jantung

Elva
Beragam teknologi medis untuk penyakit jantung, kini sudah tersedia di sejumlah fasilitas kesehatan di Indonesia. Foto Ist

JAKARTA, iNewsTangsel.id - Aritmia dan penyumbatan total kronis pada pembuluh darah koroner (Chronic Total Occlusion/CTO) menjadi dua masalah jantung yang semakin sering dijumpai di fasilitas kesehatan Indonesia. Kedua kondisi ini kerap berkembang diam-diam dan berpotensi memicu komplikasi serius, seperti gagal jantung hingga serangan jantung mendadak. Namun seiring meningkatnya kapasitas teknologi dan kompetensi tenaga medis, penanganan kasus-kasus jantung kompleks di Indonesia kini dapat dilakukan dengan lebih cepat, akurat, dan menyeluruh.

Presiden Direktur dan CEO Brawijaya Hospital Group, Devin Wirawan menegaskan, dalam menangani kasus penyumbatan total pembuluh darah dibutuhkan kemajuan teknologi intervensi koroner. Apalagi, teknologi dan kompetensi dokter dalam negeri saat ini terus berkembang. Sehingga penanganan penyakit jantung kini dapat dilakukan lebih komprehensif di Indonesia. 

“Peningkatan kapasitas dokter dan kolaborasi lintas disiplin menjadi kunci dalam mengatasi beban penyakit jantung yang terus meningkat,” kata Devin saat BraveHeart Cardiac Forum Jakarta 2025 Symposium di Jakarta, Selasa (18/11/2025). 

Dia menjelaskan, sejumlah kasus kompleks berhasil ditangani oleh dokter Indonesia, termasuk pasien dari luar negeri yang sebelumnya tidak mendapatkan hasil optimal di negara lain. 

“Hal ini menunjukkan kemampuan klinis yang semakin kuat di berbagai pusat layanan jantung di Indonesia,” imbuhnya. 

Sementara itu, Konsultan Cardiologi Intervensi, dr. Todung Donald Aposan Silalahi mengakui, prosedur Percutaneous Coronary Intervention (PCI) telah berkembang pesat dan kini melibatkan teknologi yang memungkinkan diagnosis dan intervensi lebih presisi.

“Sekarang bukan hanya sekadar kateterisasi. Kita melakukan pemasangan stent dengan IVUS, FFR, rotablasi untuk kalsifikasi berat, hingga penggunaan stent berkualitas tinggi,” ujarnya.

Menurut dia, salah satu kasus yang paling menantang dalam intervensi jantung adalah chronic total occlusion (CTO), yaitu sumbatan total 100 persen pada pembuluh darah koroner

“Dengan alat yang lengkap dan teknik yang lebih mutakhir, penanganan CTO kini dapat dilakukan di Indonesia dengan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi,” ucapnya. 

Sayangnya, lanjut dia, sampai saat ini masih banyak masyarakat yang berobat ke luar negeri hanya karena kurangnya informasi tentang perkembangan teknologi jantung di Indonesia. Padahal fasilitas dan standar prosedur di berbagai rumah sakit sudah setara dengan pusat layanan jantung di negara lain,” paparnya. 

Pada kesempatan yang sama, Konsultan Elektrofisiologi/ Terapi Alat & Kardiologi Intervensi, dr. Simon Salim mengungkapkan, Atrial Fibrillation (AF) adalah salah satu gangguan irama jantung yang sering tidak terdeteksi. Karena tidak selalu menimbulkan keluhan berdebar. 

“Dampak paling berbahaya dari AF adalah stroke, dengan peningkatan risiko hingga lima kali lipat. AF memang bersifat kronis, namun dapat dikendalikan dengan terapi yang tepat,” katanya. 

dr. Simon juga mendorong masyarakat lebih memperhatikan irama jantung melalui cara sederhana, seperti meraba nadi atau memanfaatkan smartwatch yang dapat mendeteksi aritmia. 

“Untuk gejala yang tidak menetap, pemeriksaan EKG 24 jam menjadi metode yang efektif untuk memastikan diagnosis,” tutupnya. 

Editor : Elva Setyaningrum

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network