JAKARTA, iNewsTangsel.id - Diskusi mengenai arah perkembangan industri aset kripto kembali mengemuka dalam rangkaian Web3 Week Asia 2025. Pada salah satu sesi panel bertema The Crypto Narratives of 2026, sejumlah pembicara memetakan tiga narasi besar yang diperkirakan membentuk lanskap kripto global dalam beberapa tahun ke depan.
Jonathan Hartono, Senior Strategy & Business PINTU, menyampaikan bahwa tren industri kripto sebenarnya telah terlihat dari berbagai kebijakan dan pengembangan infrastruktur dalam tiga tahun terakhir. Ia menyebut tiga elemen utama yang akan menjadi fondasi perkembangan: ETF kripto, regulasi stablecoin, dan tokenisasi aset dunia nyata atau Real-World Asset (RWA).
"Persetujuan spot Bitcoin ETF di Amerika Serikat pada 2024 menjadi pemicu masuknya arus dana institusi dengan nilai yang terus meningkat", ujarnya. Selain itu, disisi lain pengesahan regulasi stablecoin melalui GENIUS Act juga dinilai memperkuat upaya pemerintah AS memperluas dominasi dolar dalam ekosistem digital global, yang berpotensi mengubah pola penyimpanan dan transaksi internasional, tegas Jonathan, Selasa (25/11/2025).
Narasi ketiga yang dinilai tak kalah penting adalah tokenisasi RWA. Jonathan menilai potensi bagi Indonesia semakin besar setelah Otoritas Jasa Keuangan membuka pembahasan regulasi sektor ini. Ia menjelaskan bahwa tokenisasi memungkinkan aset seperti obligasi, properti, komoditas, hingga dana tunai direpresentasikan sebagai token digital yang dapat diperdagangkan secara transparan dan efisien.
Publikasi OJK bertajuk Beyond Infinity pada Juni 2025 juga menegaskan bahwa tokenisasi dapat menjadi jembatan inklusi investasi nasional, sejalan dengan tren global yang terus meningkat. Berdasarkan laporan InvestaX, nilai pasar tokenisasi RWA telah melampaui US$30 miliar pada kuartal III-2025, didorong oleh tokenisasi kredit swasta, obligasi, dan komoditas.
Jonathan menegaskan bahwa ketiga narasi ini belum akan terasa sepenuhnya dalam waktu singkat, namun dalam lima tahun mendatang arah pergerakan industri akan terlihat lebih jelas. Ia mengingatkan bahwa investor tetap perlu melakukan riset mandiri dan menerapkan manajemen risiko untuk menghadapi dinamika pasar yang cepat berubah.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait
