Galon Tua Masih Beredar, Konsumen Diminta Lebih Waspada

Elva
Seorang pria memeriksa kondisi setiap galon untuk menjaga kebersihan dan keamanan air minum di depot.

JAKARTA, iNewsTangsel.id - Bagi banyak keluarga di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), air minum galon adalah kebutuhan harian yang dianggap aman dan praktis. Namun temuan terbaru dari Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) menunjukkan cerita lain. Galon guna ulang berusia tua, kusam, dan berdebu masih beredar luas di toko-toko kelontong, nyaris tanpa pengawasan.

Ketua KKI, David Tobing menjelaskan, investigasi lapangan bertema “Investigasi Ganula Air Minum di Jabodetabek” dilakukan di 60 toko kelontong. Hasilnya, masih sama dengan tahun lalu dan belum ada perubahan. 

“Investigasi ini merupakan kelanjutan dari temuan kami tahun lalu yang juga mengungkap peredaran galon guna ulang bermasalah, namun masih belum ada perubahan yang berarti,” kata David di Jakarta, Selasa (16/12/2025). 

Dia mengungkapkan, dalam laporan tersebut, ditemukan galon dengan kode produksi lama. Bahkan, ada yang berasal dari 2012 dan 2016  masih dijual bebas. 

“Secara keseluruhan, 57% galon yang diperiksa berusia lebih dari dua tahun dan melewati batas pemakaian yang disarankan para ahli. Padahal pakar menyarankan pemakaian maksimal hanya satu tahun untuk mencegah pelepasan zat kimia berbahaya dari plastik polikarbonat,” terang dia. 

Dia mengaku, saat pihaknya menemukan galon berumur 13 tahun, itu bukan lagi tanda peringatan, melainkan sirene bahaya. Karena  galon-galon tersebut sudah lanjut usia atau ganula dan  seharusnya sudah ditarik dari peredaran.

“Produsen wajib menariknya dari pasar. Ini soal keselamatan manusia, bukan sekadar soal kemasan,” tegas David. 

Dia memaparkan, di lapangan pihaknya juga menemukan kondisi fisik galon yang memprihatinkan. Sebanyak 8 dari 10 galon (80%) tampak buram dan kusam. Semenatara itu, lebih dari itu, 55% galon ditemukan dalam kondisi lusuh dan berdebu.

“Ini menunjukan, aspek kebersihan bukan lagi prioritas dalam distribustor. Bagi konsumen, kondisi ini sering kali luput dari perhatian karena air di dalamnya tampak jernih. Padahal, kebersihan kemasan berpengaruh langsung pada keamanan konsumsi,” imbuhnya. 

Masalah lain, lanjut dia, terletak pada minimnya edukasi. Sebab sebanyak 95% pedagang mengaku tidak pernah mendapatkan penjelasan cara membaca kode produksi galon, dan lebih dari 90% tidak mengetahui risiko keamanan bahan kemasan. 

“Ini menunjukkan mata rantai distribusi berjalan tanpa pengetahuan dasar yang memadai,” ujar David. 

Menurut dia, temuannya ini telah disampaikan kembali kepada Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN). Pihaknya  merekomendasikan agar produsen menarik seluruh galon berusia di atas dua tahun dari peredaran untuk mencegah potensi paparan BPA yang berisiko bagi kesehatan.

“Kami juga mendorong konsumen untuk lebih berani bersuara. Masyarakat harus bisa menolak galon yang buram, kusam, atau berusia tua, serta melaporkan temuan tersebut melalui kanal pengaduan resmi kami,” tutup David.

Editor : Elva Setyaningrum

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network