TANGERANG, iNewsTangsel.id - Pemantauan ketersediaan dan harga pangan di setiap jengkal daerah dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus oleh Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA). Langkah ini dilakukan guna dapat menghimpun dan mengetahui langsung situasi pangan yang sedang terjadi di lapangan.
Misi untuk menjaga harga yang baik dan wajar pangan pokok strategis merupakan arahan Presiden Joko Widodo yang selalu dipadukan dalam berbagai aksi strategis NFA. Di samping itu, kestabilan harga pangan juga terus diiringi dengan kualitas keamanan pangan segar yang terjamin dari sisi keamanan pangannya.
“Hari ini kami dari Badan Pangan Nasional beserta Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang, dan BUMN pangan, kembali secara bersama-sama memantau kondisi pasokan dan harga, termasuk keamanan pangan di Pasar Gudang Tigaraksa. Secara prinsip, kondisi pangan di pasar ini relatif bagus. Bapak Kepala Badan Pangan Nasional selalu meminta agar pangan itu mesti mempunyai harga yang baik dan wajar, yang kemudian juga aman untuk dikonsumsi,” ucap Deputi Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA I Gusti Ketut Astawa di Tangerang, Banten pada Kamis (18/7/2024).
Menilik dari Indeks Harga Konsumen (IHK), pada Juni 2024, seluruh provinsi di Pulau Jawa yang berjumlah 6 provinsi masih mengalami inflasi secara tahunan. Namun tingkat inflasi tersebut masih berada dalam range yang ditargetkan pemerintah, yakni 2,5 persen plus minus 1. Provinsi Banten merupakan provinsi yang mengalami inflasi tertinggi sebesar 2,49 persen dengan IHK sebesar 105,97.
Menyikapi itu, Deputi Ketut tegaskan setelah terciptanya pasokan dan harga pangan yang lancar dan baik, maka fokus selanjutnya adalah keamanan pangan yang layak dikonsumsi masyakarat. “Artinya secara keseluruhan kondisi di pasar ini harganya sangat stabil. Lalu berdasarkan informasi dari pedagang, pasokan juga relatif lancar. Ini jadi yang terpenting, harganya bagus dan pasokan lancar. Ini akan mendukung kekuatan kita menjaga stabilisasi di masyarakat,” tuturnya.
Adapun hasil amatan hari ini antara lain beras medium Rp 12.000 sampai 12.500 per kilogram (kg), beras premium Rp 13.000 sampai 14.500 per kg, beras SPHP Rp 12.500 per kg, telur ayam Rp 28.000 per kg, bawang merah Rp 25.000 per kg, bawang putih Rp 40.000 per kg, cabai rawit merah Rp 80.000 per kg, cabai merah keriting Rp 40.000 per kg, cabai merah besar Rp 60.000 per kg, daging ayam Rp 37.000 sampai 38.000 per kg, daging sapi Rp 130.000 per kg, daging sapi Bulog Rp 100.000 per kg, gula pasir Rp 18.000 per kg, ikan kembung Rp 35.000 per kg, ikan bandeng Rp 35.000 per kg, ikan tongkol Rp 30.000 per kg, Minyakita Rp 15.000 sampai 16.000 per liter, dan minyak goreng curah 16.000 per liter.
“Nah selanjutnya yang tak kalah penting, setelah kita melakukan pantauan harga, kita juga melakukan pengujian terhadap keamanan pangan. Maka dari beberapa sampel yang kita ambil, semuanya relatif tidak mengandung residu yang dilarang oleh pemerintah. Artinya keamanan pangan di sini dijamin dan layak konsumsi. Tatkala kita bicara ketahanan pangan, maka harus didukung oleh keamanan pangan. Aspek keamanan pangan ini mutlak karena kalau tidak aman berarti bukan pangan karena tidak layak dikonsumsi, sehingga keduanya harus klop,” imbuh Ketut.
Adapun pengawasan keamanan pangan segar dilaksanakan melalui pengambilan contoh dan pengujian residu menggunakan rapid test kit. Sampel pangan segar yang dipilih pada uji residu pestisida dan logam berat (merkuri dan timbal) antara lain cabai rawit merah, bawang putih, bawang merah, wortel, tomat, dan mentimun. Lalu sampel daging ayam dan ikan kembung dilakukan uji formalin. Hasil uji cepat menunjukkan bahwa seluruh sampel negatif residu pestisida, logam berat (merkuri, timbal), dan juga formalin.
Terhadap intensitas pelaksanaan pengawasan keamanan pangan, NFA bersama pemerintah daerah akan melakukannya secara berkala. Ini demi menumbuhkan kesadaran para pedagang dan akan lebih mengutamakan aspek sosialiasi dan edukasi. “Pengecekan keamanan pangan, kita harapkan terus menerus. Jadi akan bergerak terus, namun pedagangnya jangan sampai terganggu. Ini merupakan aksi kolaboratif antara pusat, provinsi sampai kabupaten/kota. Yang terpenting itu kan sebenarnya menumbuhkan aware pedagang, itu yang kita kejar. Jadi kita membina untuk membangun kesadaran,” kata Deputi Ketut.
“Kita utamakan yang namanya ultimum remedium, jadi kita harus bina terus masyarakat kita. Kadang masyarakat belum paham, pedagang barangkali ada yang belum tahu tentang suatu peraturan, makanya penting adanya sosialisasi, harus bergerak terus. Teman-teman pemerintah daerah pasti punya punya pola sosialisasi mengingatkannya. Memang ada sanksinya, tapi kita utamakan edukasi dahulu. Prinsipnya ultimum remedium,” pungkasnya.
Blusukan NFA ke Pasar Gudang Tigaraksa hari ini turut hadir antara lain Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi NFA Nita Yulianis, Pimpinan Wilayah Perum Bulog Wilayah DKI Jakarta dan Banten Taufan Akib, Otoritas Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) pusat dan pemerintah daerah setempat, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Banten, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang, dan Pengelola Pasar Gudang Tigaraksa.
Editor : Hasiholan Siahaan