JAKARTA, iNewsTangsel.id - Presiden dan Wakil Presiden Indonesia terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menjanjikan target pertumbuhan ekonomi yang sangat optimis, yakni 8 persen. Belum lagi sederet program dan target lainnya yang juga dirasa cukup ambisius.
Pro dan kontra atas target tersebut mendorong dilangsungkannya sebuah diskusi untuk menganalisa probabilitas tercapainya ambisi tersebut melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Membedah Realitas di Balik Target Ekonomi Prabowo-Gibran”.
Kegiatan tersebut menghadirkan keynote speaker editor buku Strategi Transformasi Bangsa karya Prabowo Subianto, Dirgayuza Setiawan; teknokrat Indonesia & mantan Deputi Kementerian BUMN, Edwin Hidayat Abdullah; dan ekonom senior Indonesia Financial Group(IFG) & Peneliti Sekolah Kajian dan Strategis Global UI, Ibrahim Kholilul Rohman, serta panelis yang berasal dari lebih 20 institusi terkait.
Panelis yang turut berpartisipasi termasuk pakar dari Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Center forIndonesian Policy Studies (CIPS), Institute for Essential Services Reform (IESR), Center forIndonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), Yayasan Indonesia CERAH, Center ofEconomic and Law Studies (Celios), INFID, PATTIRO, IPC, Databook, Trend Asia,Masyarakat Energi Terbarukan (METI), The Prakarsa, PERHAPI, The Deutsche Gesellschaftfür Internationale Zusammenarbeit (GIZ) Indonesia, Universitas Trisakti, dan Monash University Indonesia.
Isu besar dalam forum diskusi ini adalah rencana calon presiden dan wakil presiden terpilih, Prabowo-Gibran, yang menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen. Dirgayuza,selaku bagian dari Tim Khusus Prabowo-Gibran, menyebut target ini berlandaskan upaya agar tidak jatuh dalam middle income trap, seperti Thailand.
“Thailand sudah resmi masuk middle income class,” ujar Dirgayuza dalam sesi diskusi panel yang diselenggarakan oleh Tirto id bekerja sama dengan Pranadipta Consulting di Hotel GranDhika Iskandarsyah pada Selasa (13/08/2024).
Dirgayuza menjelaskan bahwa Indonesia memiliki waktu yang sangat singkat untuk tumbuhsekian persen, seperti yang ditargetkan.
“Kenapa Pak Prabowo pasang angka 8 persen? Karena kalau kita tidak segera tumbuh di 8 persen, kita akan selamanya menjadi negara middle income,” imbuhnya.
Ia menyebut target tersebut sebagai langkah menuju pertumbuhan ekonomi untuk mengejar angka kemiskinan ekstrem di 0 persen dan angka kemiskinan nasional di bawah 6 persen.
“Dari rencana kerja pemerintah, kita punya 320 Program Asta Cita, 17 7 program prioritas dan 8 program terbaik hasil cepat, yang mau Pak Prabowo kerjakan. Dari setiap program ini, kita berpikir berdasarkan peta tantangan saat ini, desain program, dan contohnya,” tambahnya.
Berbagai pakar memiliki pandangan yang berbeda terkait target optimis pertumbuhan
ekonomi paslon terpilih, tetapi sebagian percaya bahwa Indonesia memiliki potensi terhadap pertumbuhan ini dengan strategi yang tepat.
Edwin menambahkan bahwa perdebatan mengenai kemampuan atau ketidakmampuan
Indonesia hanya akan meninggalkan Indonesia di belakang.
“Kalau kita debat realita, mungkin atau tidak, then we’re not going to achieve that. Tapi kalau kita menerima, then we’re walking forward to that direction,” pungkasnya.
“Saya setuju bahwa kita tidak lagi berpikir apakah ini realistis atau tidak, tapi kita juga harus
berpikir untuk mencapai itu. Bagaimana menggerakan A, K, L, S bersama-sama? Dan
membagi peran antara pemerintah, swasta, dan segala teknologi lain yang tidak selalu mudah,” terangnya.
Ibrahim, selaku ekonom senior, menjelaskan bahwa memungkinkan bagi Indonesia untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan. Namun, perlu ada pemenuhan beberapa
aspek lebih dulu.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta