get app
inews
Aa Read Next : Perayaan Ulang Tahun ke-50, Hotel Borobudur Jakarta Mengusung Tema Perdamaian dan Kebudayaan

Fethullah Gülen: Pejuang Pendidikan, Perdamaian, dan Inspirasi Dunia

Rabu, 23 Oktober 2024 | 19:42 WIB
header img
Gerakan Hizmet yang dipimpin Gülen kini telah menjadi model bagi banyak gerakan sosial di seluruh dunia.

JAKARTA, iNewsTangsel.id - Fethullah Gülen, seorang ulama kharismatik yang berasal dari desa kecil di Erzurum, Turki, meninggal dunia di Amerika Serikat pada usia 83 tahun. Di balik usia senjanya, tersimpan kisah seorang pemikir yang memiliki mimpi besar bagi dunia melalui pendidikan dan perdamaian. Bagi Gülen, pendidikan bukan hanya transfer pengetahuan, melainkan jalan menuju perubahan sosial yang sesungguhnya.

Kisah hidupnya dimulai dari langkah kecil di tanah kelahirannya. Sebagai putra seorang ulama, Ramiz Gülen, ia dibesarkan dengan latar belakang pendidikan agama yang kuat. Pada usia 14 tahun, ia telah mampu menyampaikan ceramah yang menginspirasi banyak orang. Ketika remaja, ia tidak hanya belajar agama dari kitab, tetapi juga dari realitas masyarakat di sekitarnya—Turki yang berada di persimpangan jalan antara sekularisme dan tradisi keislaman.

Seiring waktu, langkah Gülen semakin besar. Pada usia 18 tahun, ia sudah mendapatkan izin untuk berdakwah. Izmir, kota tempat ia memulai dakwahnya, menjadi saksi lahirnya sebuah gerakan besar yang kelak menyebar ke seluruh dunia. Dari sini, ia mulai menanamkan gagasan pentingnya pendidikan dan dialog, tidak hanya bagi Turki tetapi juga bagi seluruh umat manusia. Gülen meyakini bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh melawan kebodohan dan ketidakadilan sosial.

Pendidikan Sebagai Kunci Perubahan

Menghadapi realitas Turki yang mayoritas Muslim namun tertinggal secara ekonomi, Gülen menyadari bahwa kebangkitan umat terletak pada ilmu pengetahuan. Ia tidak hanya mengajarkan dogma agama, tetapi juga pentingnya umat Islam menguasai teknologi dan pengetahuan modern agar bisa sejajar dengan dunia Barat. Bagi Gülen, pendidikan bukanlah arena persaingan, melainkan upaya kolektif untuk kebangkitan spiritual dan sosial.

Gülen mengumpamakan pentingnya solidaritas dalam Islam dengan konsep zakat. Ia percaya bahwa zakat yang dikelola bersama akan memberi dampak lebih besar daripada zakat yang diberikan secara individu. Gagasan ini menjadi dasar dari gerakan sosialnya, Hizmet (Pelayanan), di mana setiap individu tidak hanya bekerja untuk diri sendiri, tetapi juga demi kepentingan bersama.

Editor : Hasiholan Siahaan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut