Mata Minus Anak Bisa Dicegah, Asal Dideteksi Sejak Dini

JAKARTA, iNewsTangsel.id - Banyak orang tua masih mengira bahwa kacamata adalah satu-satunya cara untuk mengatasi mata minus pada anak. Padahal, kalau diperiksa sejak awal, kondisi rabun jauh bisa dikendalikan—bahkan tanpa harus bergantung pada kacamata seumur hidup.
Isu ini menjadi sorotan dalam konferensi pers bertema kampanye “Periksa Mata dari Dini” atau PERMADANI yang digelar di Jakarta Selatan, Selasa (20/5/2025). Kampanye ini menyoroti pentingnya deteksi dini untuk mencegah lonjakan kasus myopia—kondisi yang kini semakin banyak terjadi pada anak usia sekolah.
“Lebih dari separuh anak yang datang ke kami sudah dalam kondisi minus tinggi, dan orang tuanya baru sadar setelah terlambat,” kata dr. Andri Agus Syah, optometris yang juga pendiri klinik mata yang menginisiasi kampanye ini.
Menurutnya, mata minus yang sudah parah akan jauh lebih sulit dikendalikan. Karena itu, pemeriksaan sebaiknya dilakukan sebelum anak mulai mengeluhkan penglihatan atau memakai kacamata.
Dalam acara yang sama, optometry consultant Alif Pratama menjelaskan metode terapi Ortho-K—lensa khusus yang dipakai saat tidur dan memungkinkan anak melihat dengan jelas keesokan harinya tanpa kacamata. “Tentu tidak semua anak cocok. Tapi dengan screening menyeluruh dan pemantauan ketat, hasilnya bisa sangat membantu,” jelas Alif.
Salah satu cerita datang dari Rini Herawaty, orang tua dari Missio (8), yang dulu punya minus -1.25 dan -1.00. Setelah menjalani terapi, penglihatan anaknya membaik hingga tak perlu lagi memakai kacamata ke sekolah. “Awalnya anak saya takut pakai lensanya. Tapi sekarang dia sendiri yang semangat, bahkan ingetin saya tiap malam,” ujar Rini.
Kasus seperti Missio menunjukkan bahwa solusi ada, asalkan ada kesadaran sejak dini. Karena jika dibiarkan, myopia bisa berkembang menjadi rabun berat yang berisiko menyebabkan gangguan serius, bahkan kebutaan.
Para ahli juga mengingatkan: pada tahun 2050, diperkirakan hampir separuh populasi dunia akan mengalami myopia. Maka langkah pencegahan sebaiknya dimulai dari sekarang.
“Yang paling penting bukan alat bantu, tapi kesadaran orang tua untuk rutin periksa mata anak,” tutup dr. Andri.
Editor : Hasiholan Siahaan