Kebiasaan Ngemil di Indonesia Meningkat, Psikolog: Ngemil Bisa Jadi Momen Relaksasi

JAKARTA, iNewsTangsel.id - Gaya hidup masyarakat modern yang cepat dan dinamis mendorong munculnya kebiasaan ngemil sebagai bagian dari rutinitas harian. Di tengah padatnya aktivitas, camilan menjadi pilihan praktis untuk memenuhi kebutuhan energi dan memberikan jeda singkat di sela waktu kerja atau belajar.
Kebiasaan ini pun terus meningkat, termasuk di Indonesia. Berdasarkan hasil survei tahunan bertajuk State of Snacking 2024, konsumsi camilan di Indonesia tercatat lebih tinggi dibandingkan konsumsi makanan utama. Rata-rata, masyarakat mengonsumsi camilan tiga kali dalam sehari, sementara makanan utama hanya dua kali. Sebanyak 73% responden bahkan menyatakan tidak bisa hidup tanpa camilan.
Lebih dari sekadar pemenuhan kebutuhan fisik, camilan juga memiliki makna emosional. Survei yang melibatkan responden dari 13 negara termasuk Indonesia mengungkapkan bahwa aktivitas berbagi camilan mampu membangkitkan nostalgia dan membangun koneksi emosional. Sebanyak 93% responden menyebutkan bahwa salah satu kenangan masa kecil terindah adalah berbagi camilan dengan orang tua.
Menurut psikolog Saskhya Aulia Prima, "Ngemil dapat memberikan waktu jeda yang dibutuhkan tubuh dan pikiran." ujarnya, Jumat (23/5/2025). Aktivitas ini menjadi ruang untuk bersantai sejenak, meredakan stres, dan memberi penghargaan pada diri sendiri setelah menjalani rutinitas harian. Namun, ia menekankan pentingnya kesadaran dalam mengatur frekuensi dan jenis camilan agar tidak berdampak negatif.
Pakar gizi Esti Nurwanti menambahkan bahwa ngemil sebenarnya bisa membantu memenuhi kebutuhan nutrisi harian, selama dilakukan dengan tepat. Camilan berperan sebagai sumber energi tambahan, terutama jika dikonsumsi di waktu yang sesuai dan dalam porsi yang cukup. Menghindari camilan bukan solusi, melainkan mengelolanya secara sadar adalah kunci utama.
Di tengah meningkatnya tren konsumsi camilan, edukasi terkait pola ngemil yang sehat menjadi semakin penting. Kesadaran dalam memilih jenis camilan, memahami nilai gizi, serta memperhatikan takaran saji merupakan langkah awal untuk menerapkan kebiasaan ngemil yang tidak hanya memuaskan rasa lapar, tetapi juga menyehatkan.
Marfusita Hamburgiwati, Head of Corporate & Government Affairs Mondelez Indonesia, menjelaskan bahwa survei State of Snacking dilakukan untuk memahami kebiasaan ngemil masyarakat, baik dari sisi fungsional maupun emosional. Survei ini mencakup konsumen di Indonesia dan 12 negara lainnya.
“State of Snacking menyoroti betapa pentingnya peran camilan dalam kehidupan sehari-hari. Survei ini juga mencerminkan keseriusan kami dalam memahami kebutuhan dan preferensi konsumen global, termasuk di Indonesia,” ujar Fusi.
Banyak konsumen saat ini mulai terbiasa melihat informasi nilai gizi pada kemasan produk. Data seperti Guideline Daily Amount (GDA) dan takaran saji menjadi acuan penting dalam menentukan pilihan yang lebih bijak. Dengan pemahaman ini, masyarakat dapat terus menikmati camilan tanpa rasa bersalah, asalkan dikonsumsi secara seimbang dan penuh perhatian, tutupnya.
Editor : Hasiholan Siahaan