Budaya Lokal Jadi Sorotan di Lomba Animasi Nasional untuk Pelajar dan Mahasiswa

Hal senada disampaikan Suroso, perwakilan dari Asosiasi Industri Konten dan Animasi Indonesia (AINAKI). Ia menilai animasi kini telah bergeser menjadi media komunikasi yang mampu menumbuhkan kesadaran budaya dan memperkuat jati diri di tengah derasnya arus digitalisasi.
“Cerita animasi yang sederhana, jujur, dan dekat dengan kehidupan sehari-hari justru memiliki daya tarik tersendiri. Kita tidak perlu selalu mengangkat kisah besar—justru kisah kecil yang autentik seringkali lebih menyentuh,” ujarnya.
Salah satu juri kompetisi, animator 3D Riyandi Reiga yang turut terlibat dalam produksi film Jumbo, menilai kualitas animasi Indonesia tidak kalah dengan karya internasional. Menurutnya, tantangan utama justru terletak pada kekuatan narasi dan pesan.
“Setiap video animasi dalam lomba ini berdurasi antara 30 detik hingga 1 menit. Kami ingin melihat karya yang bukan hanya unggul secara teknis, tapi juga mencerminkan identitas dan mampu menggugah emosi penonton,” jelas Riyandi.
Pengumpulan karya berlangsung mulai 30 Juni hingga 18 Juli 2025. Kompetisi Video Animasi Nasional hasil kolaborasi antara media daring INDOPOSCO dan Universitas Budi Luhur (UBL) ini diharapkan dapat melahirkan kreator-kreator muda yang membawa semangat lokal ke dalam karya global.
Editor : Hasiholan Siahaan