get app
inews
Aa Text
Read Next : Galon Polikarbonat: Dokter Pastikan Aman, Tapi Ahli Ingatkan Risiko BPA bagi Anak

Riset Buktikan Bahaya BPA Ganggu Kesehatan hingga Tumbuh Kembang Anak

Kamis, 25 September 2025 | 20:37 WIB
header img
Paparan panas, sinar matahari, atau pencucian berulang dapat meningkatkan pelepasan BPA ke dalam produk pangan. Foto Ist

JAKARTA, iNewsTangsel.id - Anggapan masyarakat terkait Bisphenol A (BPA) tidak berbahaya bagi kesehatan, terbukti keliru. Sejumlah penelitian internasional maupun nasional mengungkapkan paparan BPA dapat memicu berbagai penyakit serius, mulai dari gangguan metabolisme hingga masalah reproduksi dan perkembangan anak.

Dokter spesialis kedokteran okupasi, dr. Agustina Puspitasari menjelaskan, dari Studi dalam BMC Endocrine Disorders (2018) menunjukkan, adanya hubungan positif antara paparan BPA dengan risiko diabetes tipe 2. Hal ini diperkuat adanya temuan lain yang menyebutkan BPA juga berpotensi meningkatkan risiko hipertensi, penyakit kardiovaskular, serta mengganggu tumbuh kembang anak.

“BPA berpotensi memicu hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes melitus tipe 2, dan gangguan tumbuh kembang anak,” katanya. 

Sementara itu, dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dr. Ulul Albab mengungkapkan, bahaya BPA juga ditemukan pada aspek reproduksi. Terbukti, dari hasil studi dalam Human Reproduction (2010) membuktikan paparan BPA di tempat kerja dapat memicu disfungsi seksual pada pekerja pria. 

“Karena sifatnya sebagai hormone disruptor, BPA bisa memengaruhi laki-laki maupun perempuan. Bahkan bisa menyebabkan infertilitas,” terang dr. Ulul. 

Secara terpisah, pakar polimer Universitas Indonesia, Prof. Mochamad Chalid menegaskan, BPA banyak ditemukan pada plastik polikarbonat, termasuk botol bayi, wadah makanan, lapisan kaleng, dan galon air minum guna ulang. Paparan panas, sinar matahari, atau pencucian berulang dapat meningkatkan pelepasan BPA ke dalam produk pangan.

“Plastik itu ibarat untaian kalung, dan BPA adalah salah satu mata rantainya. Saat dipakai, sangat mungkin rantai itu lepas sehingga menimbulkan masalah,” ujarnya. 

Hal senada juga dipaparkan, Guru Besar Farmakologi Universitas Airlangga Prof. Junaidi Chotib mengatakan, dampak BPA pada anak juga menjadi perhatian besar. Studi dalam Journal of Exposure Science & Environmental Epidemiology (2017) menemukan, kaitan erat antara kadar BPA dalam darah atau urin anak dengan gangguan perilaku, kecemasan, depresi, hingga hiperaktivitas.

“Pada studi epidemiologi, kadar BPA pada anak usia pertumbuhan berkorelasi dengan gangguan perilaku dan kesehatan mental,” imbuhnya. 

Editor : Elva Setyaningrum

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut