get app
inews
Aa Text
Read Next : Menjaga Keaslian Air Pegunungan, Produsen AMDK Dorong Transparansi Kandungan Mineral

Sumber AMDK Dipertanyakan, Publik Desak Transparansi Produsen

Jum'at, 21 November 2025 | 14:13 WIB
header img
Ilustrasi air minum dalam kemasan. Foto Ist

JAKARTA, iNewsTangsel.id - Isu terkait transparansi komunikasi merek air minum dalam kemasan (AMDK) kembali mencuat. Hal ini terjadi, setelah perdebatan di Komisi VI DPR RI, beberapa waktu lalu, yang menyoroti kejelasan narasi pemasaran salah satu produk AMDK. 

Para pakar komunikasi menilai adanya jarak antara citra “air pegunungan” yang dikampanyekan selama bertahun-tahun dengan kenyataan proses pengambilan air melalui metode pengeboran di akuifer bawah tanah.

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara, Algooth Putranto, mengatakan, visualisasi iklan berperan besar dalam membentuk persepsi publik. Narasi visual yang menampilkan pegunungan dan aliran air alami dapat menimbulkan ekspektasi yang tidak selaras dengan realitas operasional.

“Padahal, air itu dipompa dari akuifer dengan metode pengeboran. Ini bukan soal salah atau benar prosesnya, tetapi soal kejelasan komunikasi,” kata Algooth, di Jakarta, Jumat (21/11/2025).

Selain isu sumber air, Algooth juga ikut menyoroti inkonsistensi komunikasi salah satu produk AMDK pada polemik sebelumnya, yakni terkait keamanan galon guna ulang yang mengandung Bisfenol A (BPA). 

“Meskipun perusahaan menyatakan galon BPA tetap aman, mereka kemudian meluncurkan produk galon bebas BPA dan turut mengampanyekan penggunaannya. Sehingga ada perilaku komunikasi yang terlihat tidak konsisten. Pola seperti ini berisiko menggerus kepercayaan publik,” papar Algooth.

Hal senada disampaikan Peneliti Strategi Komunikasi LSPR Institute, Safaruddin Husada. Menurutnya, komunikasi merek harus berpegang pada prinsip kejujuran dan penyampaian informasi secara eksplisit, terutama terkait bahan baku dan sumber air.

“Publik perlu mengetahui air itu berasal dari akuifer pegunungan yang terlindungi. Jika narasinya kabur, celah persepsi ini bisa menimbulkan kebingungan konsumen,” ungkapnya. 

Melihat potensi ambiguitas tersebut, kedua ahli ini mendorong regulator seperti BPOM dan Kementerian Perdagangan untuk memastikan komunikasi merek tidak menyesatkan. 

“Transparansi dinilai penting agar konsumen dapat membuat keputusan yang benar-benar didasarkan pada informasi yang akurat,” imbuh Safaruddin. 

Editor : Elva Setyaningrum

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut