Tekan Pencemaran Udara, Indonesia Dorong Bahan Bakar Penerbangan Rendah Emisi
JAKARTA, iNewsTangsel.id - Upaya menekan pencemaran udara dari sektor penerbangan kian mendesak seiring meningkatnya aktivitas transportasi udara global. Emisi gas buang pesawat yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil masih menjadi salah satu penyumbang karbon dioksida (CO₂) dan nitrogen oksida (NOx) yang berdampak pada kualitas udara dan perubahan iklim.
Menjawab tantangan tersebut, Indonesia mendorong pemanfaatan Sustainable Aviation Fuel (SAF) sebagai alternatif bahan bakar rendah emisi. Salah satu terobosan yang dilakukan adalah pengembangan SAF berbasis Palm Oil Mill Effluent (POME), limbah cair dari industri kelapa sawit yang selama ini berpotensi mencemari lingkungan.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Lukman F Laisa, menegaskan komitmen pemerintah dalam menekan pencemaran udara dari sektor transportasi udara melalui kebijakan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan.
“Industri penerbangan memiliki kontribusi terhadap emisi dan pencemaran udara global. Karena itu, penggunaan SAF menjadi langkah strategis yang terus kami dorong, termasuk melalui pengakuan internasional terhadap POME sebagai bahan baku SAF,” kata Lukman, Rabu (17/12/2025).
Menurut Lukman, pengakuan International Civil Aviation Organization (ICAO) terhadap POME membuka peluang besar bagi Indonesia untuk berperan dalam rantai pasok SAF global. Dengan potensi bahan baku yang melimpah, Indonesia dinilai mampu berkontribusi nyata dalam menurunkan emisi penerbangan internasional.
“Ini bukan hanya soal peluang industri, tetapi juga kontribusi Indonesia dalam menjaga kualitas udara dan menekan emisi global melalui sektor aviasi,” ujarnya.
Pemerintah menilai kolaborasi antara regulator, pelaku industri, dan mitra internasional menjadi kunci dalam mempercepat penggunaan SAF. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat upaya nasional dalam mengurangi pencemaran udara sekaligus mendukung target dekarbonisasi sektor transportasi menuju net zero emissions pada 2050.
Selain itu, President Director & CEO Tripatra, Raymond Rasfuldi, mengatakan pemanfaatan POME sebagai SAF merupakan solusi ganda dalam mengatasi pencemaran udara. Selain menekan emisi dari sektor aviasi, pendekatan ini juga mengurangi dampak lingkungan dari limbah industri sawit.
“Limbah cair kelapa sawit yang tidak dikelola dengan baik dapat menghasilkan emisi metana yang berkontribusi pada pencemaran udara. Dengan mengolahnya menjadi SAF, emisi gas buang pesawat dapat ditekan sekaligus mengubah limbah menjadi energi bernilai tambah,” ujar Raymond.
Ia menambahkan, pengembangan SAF berbasis POME mencerminkan penerapan ekonomi sirkular yang relevan dengan agenda transisi energi nasional. Menurutnya, SAF dapat digunakan langsung pada pesawat tanpa memerlukan perubahan teknologi, sehingga memberikan dampak cepat terhadap penurunan emisi, tegas Raymond.
Editor : Hasiholan Siahaan