Mantan Wakil Kepala BIN Soroti Bom Bunuh Diri di Polsek Astana Anyar Bandung 

Dwi Kurnia
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri melakukan tindakan tegas dan terukur saat menangkap terduga teroris di Kabupaten Sukoharjo, Rabu (9/3/2022) malam. (Foto: Istimewa).

JAKARTA,iNewsTangsel.id- Setelah beberapa waktu sepi ledakan bom bunuh diri , pada 7 Des 2022,  gelegar ledakan bom terorist terdengar lagi di kantor polisi Astana Anyar, Bandung. Pelakunya adalah Agus Suyatno / AS seorang teroris anggauta Jamaah Anshor Daulah / JAD  ( jaringan Solo ) yang baru 4 bulan keluar dari penjara Nusakambanga, karena terkait kasus terorisme. Seperti diketahui bahwa JAD pada 2014  telah berbaiat kepada khalifah Abu Bakar Al Baghdadi ( alm ) yang merupakan khalifah pertama ISIS. 

Atas peristiwa tersebut mendapat respon dari berbagai macam kalangan, salah satunya dari As'ad Said Ali yang merupakan Mantan Wakil Kepala BIN, melalui keterangan tertulis yang diterima iNewsTangsel Kamis, (08/12/2022). 

Menurut As'ad  ada sebuah pertanyaan besar “apakah  pesan  dibalik ledakan bom bunuh diri yang menewaskan pelaku, polisi dan warga sipil yang kebetulan lewat di dekat lokasi ledakan ?. Jawaban  terhadap pertanyaan tersebut , dapat membantu kita untuk memprediksi tingkat kegiatan terosisme pada masa depan, menurun atau meningkat. 

Lalu JAD memilih Polsek Astana Anyar Bandung sebagai target
ledakan tentu bukan tanpa perhitungan. Kantor polisi menjadi sasaran selain  dalam rangka balas dendam , juga berguna untuk  membangkitkan moril anggotanya.  Sedangkan kota Bandung yang dipilih sbg lokasi ledakan dengan perhitungan bahwa pada saat ini tingkat kewaspadaan aparat thd bahaya terorisme dianggapnya  tidak seketat dengan  apkam di Solo Raya yg merupakan konsentrasi jaringan  terorisme  ISIS / JAD dan Al QAEDA/ JI sejak tiga dekade yg lalu. "Ungkapnya" 

As'ad Said Ali yang juga Mantan Wakil Ketum PBNU mengungkapkan bahwa Bandung merupakan kota besar yang terletak relatif dekat dengan ibu kota Jakarta sehingga mempunyai nilai strategis yang lebih besar. Bagi ISIS dan AL Qaeda, gema ledakan yang mendunia itulah yang diharapkan dengan tujuan memperoleh effek psikhologis  besar bagi pendukung terorisme.  Sebaliknya  menimbulkan  suasana ketakutan masyarakat yang menguntungkan bagi teroris. 

Sehingga dilihat dari moment ledakan pd 7 desember 2022, maka kita dapat mengkaitkannya dengan perkembangan ISIS yang baru seminggu mengumumkan pengangkatan khalifah barunya  yaitu ABU AL HUSEIN AL HUSEINI AL QURAISHI. Ia menggantikan khalifah sebelumnya yang tewas pada 30 November 2022  di Suriah utara dalam pertempuran melawan  Syrian Democratic Forces yang didukung oleh  Amerika Serikat dan Turki. "Tuturnya" 

As'ad juga mengatakan bahwa ada fenomena menarik terkait JAD atau ISIS cabang Asia Tenggara yang diduga ingin menunjukkan eksistensinya kepada khalifahnya yang baru. Hal ini dapat disimpulkan   dari pesan pesan terselubung melalui situs -  situs yang diduga milik ISIS dalam beberapa minggu terakhir. Dalam pesan terselubung tsb,  ISIS mempertanyakan, kenapa Jihadis Asia Tenggara melempem, sepi dari kegiatan ledakan pada hal mempunyai anggauta  cukup besar dan khususnya Indonesia yang merupakan kawasan yang strategis. 

Dikaitkan dengan mulainya tahun politik sejak awal tahun 2023 maka, ancaman terorisme diperkirakan akan meningkat. Dalam kaitan itu pula  keberadaan ratusan  warga negara Indonesia khususnya kader kader muda teroris yang menghuni kamp kamp teroris di wilayah Syria utara perlu menjadi perhatian serius. Membiarkan mereka berada disana dalam jangka panjang, sama maknanya  dengan memberi waktu mereka menyiapkan  diri baik mental - ideologi maupun kemampuan militer / teror. "Jelas As'ad" 

Oleh karena itu apakah tidak  lebih baik untuk menarik  mereka kembali ketanah air agar mereka mendapatkan reedukasi secara khusus.  Dengan membiarkan  mereka berlama lama di lokasi yg  bersuasana konflik, kekerasan  dan tanpa hukum , sama artinya dengan  menabur benih teroris yang kelak menjadi “ jaringah teror” yang berbahaya. Pengalaman keberadaan WNI  didalam kancah perang Afganistan 1982- 1989 hendaknya menjadi pelajaran berharga, dari sanalah lahir generasi teroris khususnya JI dan ISIS di Indonesia. "Tutup As'ad

Editor : Solla

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network