Profil Saldi Isra, Hakim MK yang Ungkap Kejanggalan Batas Usia Capres-Cawapres Sebut Aneh Luar Biasa
“Nama ISRA itu bukan saya lahir pas malam isra miraj. Itu gabungan dari orang tua saya, IS itu Ismail dan RA itu Ratina,” ujar Sadil Isra, dikutip dari laman mkri.id.
Sejak SD hingga SMA, Sadil Isra sekolah di kampung halamannya di Solok, Sumatera Barat. Lulus SMA, Saldi Isra bermimpi masuk Institut Teknologi Bandung (ITB) atau AKABRI. Namun ia 3 kali tak lolos masuk ITB, baik itu melalui jalur PMDK, Sipenmaru maupun UMPTN berturut-turut sejak 1987-1989.
Kemudian Saldi Isra memutuskan hijrah untuk mencari kerja ke Jambi. Pada 1990, Saldi kembali mendaftar UMPTN, ia memilih jurusan IPC bukan lagi IPA.
Ada 2 Universitas tujuan dan jurusannya yang kala itu dipilih Saldi Isra, yaitu Universitas Sriwijaya jurusan Teknik Pertambangan ,Universitas Andalas jurusan Teknik Sipil dan terakhir, Universitas Andalas jurusan Ilmu Hukum. Pada akhirnya, Saldi pun lolos masuk jurusan hukum Universitas Andalas.
Pendidikan Saldi Isra
S1 Jurusan Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Andalas (1995), Predikat Summa Cum Laude dengan IPK 3,86.
S2 Institute of Postgraduate Studies and Reserch University of Malaya Kuala Lumpur-Malaysia (2001)
S3 Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (2009)
Lulus S1, Saldi yang merupakan lulusan terbaik langsung dipinang menjadi dosen di Universitas Bung Hatta hingga Oktober 1995, sebelum kemudian pindah ke Universitas Andalas, Padang.
Selama hampir 22 tahun, Saldi Isra mengabdi di Universitas Andalas sambil menuntaskan pendidikan pascasarjananya di Malaysia. Kemudian pada 2009, ia berhasil menamatkan pendidikan Doktor di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dengan predikat lulus Cum Laude. Setahun kemudian, Saldi Isra dikukuhkan sebagai Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Andalas.
Editor : Hikmatul Uyun
Artikel Terkait