JAKARTA, iNewsTangsel.id - Sejak diluncurkan pada November 2020, ChatGPT telah menjadi topik perbincangan hangat di kalangan teknologi, media berita, dan masyarakat umum. Bentuk baru dari teknologi chatbot AI ini telah membuka pintu untuk berbagai kemungkinan baik untuk para individu maupun bisnis-bisnis, namun turut menimbulkan persoalan etika dan memicu kontroversi di seluruh dunia.
Tanggapan yang muncul terhadap ChatGPT beragam, dengan adanya beberapa negara yang bergegas untuk memanfaatkan kemampuan ChatGPT yang luar biasa, sementara ada negara-negara lain yang meluncurkan investigasi atas plagiarisme atau pembobolan data yang dimungkinkan oleh ChatGPT atau bahkan, melarang penggunaannya secara menyeluruh.
Menurut Tamas Makany, Profesor Muda Manajemen Komunikasi di Lee Kong Chian School of Business, ChatGPT merupakan “tonggak sejarah yang logis dalam evolusi interaksi manusia-teknologi” dan Ia berbagi pemikirannya tentang bagaimana teknologi ini dapat dan sedang merekonstruksi operasi bisnis di masa kini.
Mengapa ChatGPT bisa dianggap sangat revolusioner?
ChatGPT adalah suatu chatbot bertenaga AI yang dikembangkan untuk menjawab beragam pertanyaan berdasarkan sekitar setengah triliun kata-kata yang ditampilkan dalam 175+ miliar parameter (pada dasarnya, hampir seluruh jaringan Internet terbuka). ChatGPT akan memberikan jawaban yang masuk akal seakan-akan ia adalah seorang manusia yang berpengetahuan luas, tanpa memahami kebenaran fakta-fakta yang dinyatakannya atau mempedulikan jika apa yang dikatakannya benar atau salah, kata Prof Tamas Makany.
Generative AI menjanjikan paradigma baru yang menarik tentang bagaimana kami bisa berinteraksi dengan teknologi, serupa dengan cara kami beralih dari tulisan tangan ke mesin ketik dan beralih lagi ke word-processing software dalam komputer. ChatGPT adalah suatu teknologi luar biasa yang dapat meningkatkan kemungkinan kemampuan kognitif manusia -- contohnya, memori, kalkulasi, dan tingkat perhatian -- tetapi alih-alih menjadi sebuah revolusi, ChatGPT merepresentasikan tonggak logis dalam evolusi interaksi manusia-komputer.
Meskipun masyarakat umum sudah mulai menggunakan istilah “ChatGPT”, seperti layaknya kami menggunakan istilah “Google” dan “googling”, tetap harus diperhatikan bahwa ChatGPT hanyalah salah satu alat Generative AI yang diciptakan oleh perusahaan yang bermarkas di San Francisco, bernama OpenAI. Banyak perusahaan lainnya, seperti DeepMind, Google, Baidu, dan Microsoft yang juga sedang mengembangkan alat-alat Generative AI dalam kecepatan yang luar biasa dan dapat melampaui chatbot berbasis tulisan/teks agar dapat memuat fitur suara, gambar, dan musik.
Goldman Sachs Research memprediksi bahwa generative AI dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) global sebesar tujuh persen (hampir mencapai $7 triliun) dan meningkatkan pertumbuhan produktivitas sebesar 1,5 poin persentase selama dekade berikutnya. Menurut penelitian terbaru dari Princeton University, tiga industri yang paling terpapar dengan ChatGPT adalah layanan hukum, aktivitas yang berhubungan dengan keuangan, dan aktivitas yang berhubungan dengan asuransi
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait