"Kami sangat berharap proyek PLTA ini segera selesai. Kalau ini sudah pasti kami baru bangun pabrik. Kami akan menyelaraskan pembangunan pabrik sesuai dengan pembangunan PLTA ini," ujar Hari Supriyadi, Presiden Direktur PT Green Amoniak Indonesia.
Dia mengatakan pihaknya bisa saja menggunakan listrik PLN untuk pembangunan pabrik tersebut. Namun tidak dilakukan karena nantinya tidak lagi menghasilkan produk hijau.
Hari menambahkan pihaknya akan membangun dua pabrik di kawasan ISI. Selain pabrik amoniak juga adalah pabrik hidrogen. Namun yang baru konfirmasi dan sudah tandatangan MOU adalah pabrik amoniak. Total kedua pabrik tersebut membutuhkan daya listrik sekitar 600 MW.
Dia menambahkan pabrik amoniak yang akan dibangun nanti akan memproduksi amoniak 300 ton per hari atau sekitar 100 ribu ton per tahun. Amoniak tersebut akan diekspor ke sejumlah negara di antaranya Jepang dan Korea Selatan.
"Amoniak dan hidrogen kami targetnya satu juta saja ton saja ini bisa jadi yang terbesar. Karena kita tahu penggunaan amoniak sekarang menjadi besar sebagai fuel . Jadi penggunaan amoniak dan hidrogen ini menjadi suatu loncatan ke depan. Jadi mobil misalnya Toyota itu tidak lagi konsen ke mobil listrik tapi ke mobil hidrogen," jelasnya.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait