JAKARTA, iNewsTangsel.id - Gerak dan kiprah kebangsaan di negeri ini diwarnai dan dilakukan oleh para politisi, militer bahkan pengusaha. Namun, apakah seniman dan pelukis ikut menjaga kbhinekaan? Tentu saja, karena pelukis adalah bagian dari rakyat. Seniman seharusnya ikut memberikan makna pada realitas kebhinekaan dan kebangsaan.
Pandangan ini disampaikan Pengamat Filsafat dan Pegiat Sastra, Damhuri Muhammad saat berdiskusi di Dunia Art Gallery Jl Tebet Barat Dalam 6 No. 15 Jakarta, Senin (24/6/2024).
Diskusi ini menjadi bagian dari Pameran Lukisan Seniman Muda Indonesia bertajuk Unity in Diversity digelar sejak 18 Juni 2024 hingga 30 Juni 2024 mendatang.
"Keberagaman tak hanya pada tema, tapi juga pada latar dan biografi para senimannya. Kebhinekaan juga pada kesadaran termasuk di dunia ide dan pemikiran," ujar Damhuri.
Menurut Damhuri, seniman memiliki kesadaran mimetik - meniru dan mereka-reka karya dari lanskap alam.
Seniman juga memiliki kesadaran etis. Dalam perkembangannya, ada tegangan dan perbenturan di antara kedua hal itu pada karya para seniman.
Pandangan tentang estetika dan harmoni pun kerap diguncangkan oleh para seniman dalam perkembangan setelah fase mimetik dan etik itu.
"Makna warna merah, warna kuning, hijau itu janganlah menjadi makna tunggal para penguasa. Politisi telah menjadi rezim warna di bangsa ini. Makna kiri, kanan dan tengah di setiap peristiwa politik saat ini. Seniman dipinggirkan agar tak ikut serta dalam memberikan pandangan terhadap makna ini. Padahal seniman mampu dalam membuat komposisi dan harmoninya," ujar Damhuri.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait