BANTEN, iNewsTangsel.id - Selama berabad-abad, bangsa Israel hidup dalam pengharapan akan kedatangan Mesias yang dijanjikan Allah. Mereka percaya bahwa Mesias akan membawa Kerajaan Allah dan memperbaiki keadaan dunia. Meski harus melalui penderitaan, penganiayaan, dan kegagalan, mereka bertahan karena janji Allah menjadi landasan pengharapan mereka.
Penantian panjang itu akhirnya berakhir dengan kelahiran Sang Mesias, Yesus Kristus. Namun, kehadiran-Nya tidak seperti yang dibayangkan oleh banyak orang. Dia tidak datang dengan kemegahan atau diiringi pasukan besar, melainkan dalam kesederhanaan dan keheningan malam, sebagai seorang bayi yang lahir di kota kecil Bethlehem.
Hal yang lebih mengejutkan adalah bahwa bayi kecil ini bukan sekadar Mesias, tetapi Allah sendiri. Rasul Yohanes menyatakan, “Firman itu adalah Allah” (Yohanes 1:1). Firman yang kekal itu memilih untuk menjadi manusia dan tinggal di antara umat-Nya.
Yesus memulai perjalanan-Nya di dunia dengan penuh kerendahan hati—lahir sebagai seorang bayi. Namun, melalui Dia, kemuliaan Allah dinyatakan kepada dunia. Rasul Paulus menulis, “Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keilahian” (Kolose 2:9).
Mukjizat kelahiran Yesus terletak pada kenyataan bahwa Dia sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia. Yesus datang dari kemuliaan Bapa, namun dengan kasih-Nya, Dia mengambil rupa manusia untuk menjalani hidup-Nya bagi kita.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait