Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tri Winarno mengungkapkan bahwa di Indonesia sudah ada satu fasilitas pemurnian atau smelter nikel yang mendapat dukungan pembiayaan dari perbankan nasional.
Smelter tersebut ialah milik PT Ceria Nugraha Indotama (Ceria Group) yang menggunakan pendanaan dari PT Bank Mandiri Tbk. Fasilitas pemurnian tersebut seyogianya dapat menjadi contoh bagi perbankan lain agar mau membiayai proyek hilirisasi.
"Sudah ada, setahu saya smelter nikel milik Ceria Group yang menggunakan pendanaan dari beberapa bank," ujarnya Rabu (26/2/2925).
Adapun, Ceria Nugraha Indotama merupakan perusahaan pertambangan nikel terintegrasi yang beroperasi di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara dengan luas Wilayah Izin Usaha Pertambangan mencapai 6.785 hektare.
Pada 2019, Ceria memulai komitmen untuk agenda hilirisasi lewat peletakan batu pertama smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) Rectangular. Lalu pada 2020, pemerintah menetapkan smelter RKEF Rectangular dan pabrik HPAL milik Ceria sebagai Proyek Strategis Nasional.
Dua tahun setelahnya, tepatnya pada 2022, Ceria memperoleh dukungan kredit sindikasi fasilitas term loan pembiayaan dari sejumlah perbankan. Pembiayaan itu dipimpin oleh Bank Mandiri dengan anggota Bank Jabar Banten (BJB) dan Bank Sulawesi Selatan Barat (Bank Sulselbar). Dalam perjanjian pembiayaan sindikasi itu, Ceria mendapat total pendanaan US$277,69 juta dalam bentuk fasilitas term loan untuk mendukung pembangunan dan operasional pabrik smelter feronikel RKEF line 1 dan fasilitas pendukungnya di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Posisi strategis proyek smelter milik Ceria Group jadi salah satu pertimbangan perbankan nasional untuk menyalurkan kredit. Perusahaan tersebut juga tercatat berhasil meningkatkan kontribusi kepada negara dalam hal berbagai jenis pajak untuk pemerintah pusat maupun daerah, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), hingga royalti.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait