Bisa dikatakan, film ini bukan sekadar proyek, tetapi wujud dari kecintaan mereka terhadap dunia hiburan dan penonton. Proses yang mereka lalui sangat panjang, namun semua dilakukan dari hati dan tanpa beban.
Ketiganya pun menekankan bahwa film ini lahir dari niat tulus untuk menghibur dan memberi energi positif. “Kita bikin cuma buat seneng-seneng, terus akhirnya bisa sampe sini,” ucap mereka.
Meski prosesnya menyenangkan, tantangan juga datang dari kedekatan mereka yang sudah terbiasa bercanda. Saat syuting adegan drama, mereka mengaku sulit menahan tawa dan menjaga suasana. Hal itu menjadi kendala ketika harus membangun tensi emosional yang kuat dalam beberapa adegan penting film. “Jadi itu agak susah aja gitu untuk serius untuk berdrama,” katanya.
Berkat keabsurdan trio GJLS ini berdampak kepada Sutradara Monty Tiwa menceritakan bagaimana dia kali ini keluar dari pakem penyutradraan ketika membuat film "GJLS: Ibuku Ibu-Ibu" bersama trio komedian GJLS.
Pada pembuatan film dikenal sebuah teori bernama breaking the fourth wall, yaitu ketika tokoh fiksi bisa berbicara langsung kepada penonton.
Pada film itu, Monty membuat karakter GJLS berbicara langsung kepada sutradara."Kayaknya enggak ada teorinya, pemain bisa ngomong langsung sama sutradara," kata Monty Tiw.
Bagi sutradara kelahiran Jakarta, 28 Agustus 1976 ini Memproduksi "GJLS: Ibuku Ibu-Ibu" memberikan tantangan yang signifikan bagi Monty Tiwa.
Dia pun akhirnya ikut memberikan ruang bagi pemain untuk berimprovisasi pada adegan-adegan komedi dalam naskah, maupun cuplikan kesalahan pengambilan gambar (bloopers) sengaja disisipkan sebagai bagian dari alur komedi film itu.
"Saya ingin membuatkan film GJLS yang ada Monty-nya, bukan film Monty yang ada GJLS-nya. Saya siapkan panggung ini buat mereka," kata Monty.
Indra Yudhistira, excekutive Produser dari Amadeus Sinemagna mengakui konsep 'nggak jelas' itu memang dibuat supaya penonton makin penasaran. Apalagi ini film memang judulnya GJLS, yang artinya gak jelas.
"Kami sengaja bikin posternya blur, karena blur di poster itu mewakili sesuatu yang nggak jelas alias absurd, yang adalah ciri khas dari komedi GJLS," jelasnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkam film ini memang tidak menawarkan kesempurnaan karakter, tapi kekacauan yang penuh kasih sayang namun nggak ketinggalan yang pasti menghibur dan bikin ketawa.
Di poster yang absurd ini ketiga anggota GJLS hadir bersama satu karakter yang disensor itu. "Siapa dia dan kenapa ikut disensor? Tunggu jawabannya nanti di bioskop!" ucap dia.
Salah satu bentuk absurd dan tak biasa tertular pada aktor Bucek Depp yang kali ini bernyanyi lagu dangdut berjudul "Feromon",dipopulerkan oleh Orkes Pensil Ali kelompok musik humor asal Yogyakarta yang turut dianggotai oleh aktor utama film "GJLS: Ibuku Ibu-Ibu" Hifdzi Khoir dalam ajang festival komedi internasional Jakarta (Jicomfest) 2019.
Bucek dan aktris muda Nadya Arina, yang memerankan tokoh ayah bernama Tyo dan calon ibu fiksi dari grup GJLS Feni, membawakan lagu tersebut sebagai soundtrack (lajur suara) "Saya ikut menyumbangkan suara untuk mengisi soundtrack film, bersama dengan Nadya," katanya.
Aktor pemilik nama asli Al Atthur Muchtar yang telah menjalani karier di industri hiburan selama 37 tahun, merasa tersanjung mendapat kesempatan, tidak hanya berakting, tapi, juga menyanyi dalam sebuah film yang mengusung komedi saintifik.
"Film mereka cerdas. Gue bukan komedian, tapi, ada adegan ketika skenario dieksekusi, gue ikut ketawa, ketawa berkali-kali bahkan. Sepanjang 37 tahun karir gue, baru kali itu gue harus hibernasi tiga sampai empat bulan sehabis syuting supaya bisa keluar dari kegilaan," kata Bucek.
Seluruh pemain dan semua yang terlibat dalam proyek ini pun berharap film ini bisa menjangkau penonton baru sekaligus memperkuat hubungan dengan penggemar lama. GJLS ingin orang mengenal mereka lebih dalam melalui karya jujur yang menjadi langkah awal GJLS dalam industri layar lebar dengan pendekatan yang berbeda.
Film karya sutradara Monty Tiwa menceritakan tentang tiga bersaudara yang sangat absurd, egois dan tidak bisa diandalkan. Akan tetapi, mereka punya misi yang harus dituntaskan, yaitu menggagalkan pernikahan ayahnya. Jalan cerita film ini memang sangat konyol dan absurd, namun penuh sisi emosional dan kehangatan keluarga.
Dibintangi oleh Rigen Rakelna, Ananta Rispo, dan Hifdzi Khoir, Luna Maya.Film ini juga menampilkan berbagai cameo menarik, termasuk Maxime Bouttier dan Umay Shahab, yang turut memperkuat unsur komedi absurd yang akan tayang di bioskop pada 12 Juni mendatang.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait