Yono Bakrie menambahkan bahwa ini adalah kesempatan langka baginya untuk dipercaya sebagai pemeran utama. Sebelumnya, ia lebih sering tampil sebagai pemeran pendukung atau cameo. Dia juga mengakui bahwa cerita film ini sangat dekat dengan pengalaman hidupnya di masa lalu.
“Nyari duit susah itu memang benar adanya. Sebelum merantau ke Jakarta, saya pernah mengalami berbagai kesulitan ekonomi dan harus membantu orang tua agar bisa bertahan hidup. Kedekatan saya dengan cerita ini sangat membantu saya dalam mendalami karakter Dimas”, kata Yono.
Sementara itu, Benidictus Siregar mengakui bahwa proyek ini terasa sangat spesial baginya. Dari berbagai peran yang pernah ia mainkan, Beni lebih sering tampil dalam genre komedi. Namun, di film ini ia justru ditantang untuk menampilkan sisi drama yang jarang ia eksplor sebelumnya.
“Meskipun unsur komedinya cukup kuat dan saya juga banyak bertemu dengan para komika, di film ini ternyata saya harus menampilkan adegan drama sesuatu yang jarang saya lakukan sebelumnya. Itu yang membuat Pesugihan Sate Gagak jadi salah satu proyek yang paling spesial sepanjang karir berakting saya”, ungkap Beni.
Meski menghadirkan kisah terkait ritual mistik sungguhan, film ini lebih dari sekadar menampilkan bagaimana sebuah ritual mistik yang masih kental di Indonesia.
Produser film Pesugihan Sate Gagak, Aoura Lovenson, menyatakan bahwa film ini juga memberikan pesan moral mendalam terkait sebuah ritual mistik, mengajak masyarakat untuk menghindari hal-hal tersebut.
"Di ujung filmnya pun masih ada pesan dan memberikan kayak semacam harapan gitu ya. Ada sebuah harapan bahwa kerja keras tidak akan membohongi kita, bahwa sesuatu yang dikejar cepat (jalur pesugihan) nggak akan baik hasilnya gitu ya. Jadi ada nilai positif yang bisa kita ambil dari film ini dan itu juga yang saya rasa kenapa film ini jadi cukup spesial," jelas Aoura.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait
