Namun, peran para ulama di negeri ini bukan saja sebagai penjaga moral. Sebab, jauh sebelum Indonesia merdeka, para Ulama telah memberi kontribusi yang tidak kecil, melalui kehadiran pondok-pondok pesantren sebagai entitas masyarakat madani, yang melahirkan generasi terdidik yang berakhlak.
"Kalau kita melihat sejarah awal kemerdekaan Indonesia, peran Resolusi Jihad yang dikeluarkan Rois Akbar NU saat itu, Hadratus Syeikh Kiai Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945, yang kemudian memicu lahirnya peristiwa 10 November 1945, yang kita kenal dengan Hari Pahlawan, jelas sangat berarti bagi bangsa ini," papar dia.
Sebelumnya, kata LaNyalla, sejarah mencatat peran para Ulama dalam memberikan sumbangan pemikiran dalam sidang-sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
"Para Ulama saat itu aktif memberikan sumbangan pemikiran, terutama terkait bentuk dan dasar dari negara ini. Yang akhirnya disepakati sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI.
Dan dasar dari negara ini adalah Ketuhanan. Seperti termaktub dalam UUD kita di Pasal 29 Ayat (1). Sungguh luar biasa sumbangsih para Ulama kita terdahulu," ungkapnya.
Karena itu, LaNyalla berharap Keluarga Besar Alumni Ponpes Al Fatah dan pengurus Dewan Masjid Indonesia, yang sangat memahami pemikiran-pemikiran Ulama terdahulu, untuk dapat ikut berupaya menata ulang Indonesia untuk lebih baik.
"Itulah mengapa saya menawarkan gagasan untuk mengingat dan membaca kembali pikiran para pendiri bangsa. Tentang sistem demokrasi dan sistem ekonomi yang paling sesuai dengan bangsa yang super majemuk dan kaya akan sumber daya alam ini. Poinnya, kita harus kembali kepada Pancasila. Agar kita tidak menjadi bangsa yang tercerabut dari jati diri dan karakter bangsa ini," jelasnya.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta