Viki menjelaskan bahwa dia terpaksa harus berjalan kaki sejauh 16 kilometer karena usaha orang tuanya yang berjualan ikan hias sudah gulung tikar.
Kondisi ini membuatnya tidak memiliki biaya untuk pendidikan dan juga tidak bisa pulang bersama teman-temannya.
"Karena usaha ikan hias sudah tidak ada, ibu saya tidak bisa bekerja di rumah lagi," tambahnya.
Tak hanya itu, Viki juga harus mencari penghasilan dengan menjaga parkir. Uang dari parkir tersebut digunakan untuk kebutuhan makan orang tuanya dan dirinya sendiri.
"Saya biasa mengumpulkan uang dari parkir sekitar Rp10.000-15.000 setiap hari. Uangnya digunakan untuk makan indomie telur, Rp10.000 untuk ibu, dan sisanya Rp5.000 untuk saya," jelasnya.
Meski tengah menghadapi ujian kelas 3, Viki belum juga membayar uang SPP. Namun, orang tuanya telah berbicara dengan kepala sekolah untuk mencicil pembayaran.
"Dia bertekad untuk lulus sekolah, dia punya semangat yang kuat," kata ibu Viki.
"Saya merasa sedih setiap hari, tapi dia tetap gigih untuk sekolah," tambah ayah Viki.
Editor : Sazili Mustofa