get app
inews
Aa Read Next : Terima Delegasi dari Trengganu, Ketua DPD RI Dorong Strategi Ekonomi Wilayah Indonesia-Malaysia

Akademisi Ukraina Tegaskan Tidak Benar Ada Tentara Bayaran Indonesia

Senin, 25 Maret 2024 | 11:52 WIB
header img
Seminar Communication in the Future (CORE) di Universitas Pembangunan Jaya, Jumat (22/3/2024). Foto: ist

TANGERANG SELATAN, iNews.id - Klaim tentang keberadaan tentara bayaran Indonesia di Ukraina dibantah Maria Tomak, Kepala Departemen Crimea Platform di Misi Presiden Ukraina di Republik Otonom Crimea. 

Maria Tomak menegaskan, klaim tentang tentara bayaran Indonesia di Ukraina adalah hoaks atau berita bohong dan tidak memiliki dasar yang kuat.

“Saya mengajak masyarakat Indonesia untuk tidak terpancing oleh informasi yang tidak terverifikasi dan untuk mencari sumber berita yang kredibel,” ungkap Maria dalam seminar Communication in the Future (CORE), di Universitas Pembangunan Jaya pada Jumat (22/3/2024) dalam keterangan tertulis yang dibagikannya pada Senin (25/3/2024).

Selanjutnya, Kepala Departemen Hubungan Internasional dan Direktur Sekolah Analisis Kebijakan, Universitas Nasional Kiev-Mohyla Maksym Yakovlyev menambahkan bahwa hoaks semacam ini merupakan bagian dari upaya Rusia dalam memanipulasi opini publik internasional. 

Maksym menekankan penting untuk tidak hanya mempercayai posisi resmi pemerintah, tetapi juga mencari bukti dan informasi yang jelas sebelum menyebarkan atau percaya pada informasi yang tidak terverifikasi.

Kedua pembicara juga menyoroti pentingnya untuk mengandalkan sumber berita yang kredibel dan independen, serta untuk tidak terpancing oleh narasi yang bertentangan dengan fakta yang jelas.

“Masyarakat Indonesia harus lebih waspada dan kritis terhadap informasi yang mereka terima, terutama di era media sosial dimana hoaks dapat dengan mudah menyebar luas," ungkap Maksym.

Maksym berharap masyarakat Indonesia dapat lebih bijaksana dalam menyikapi isu-isu internasional termasuk konflik di Ukraina. Hingga saat ini, narasi tidak benar banyak muncul di media sosial. 

Lebih lanjut, Maria Tomak mengungkapkan bahwa zaman media sosial saat ini sangat beragam, bukan hanya dalam pengaruh tetapi juga tanggung jawab. “Tanggung jawab ini bukan hanya milik para pemimpin negara, tetapi juga warganya,” tambahnya.

Maria Tomak yang sebelumnya bekerja sebagai jurnalis dan anggota masyarakat sipil, kini telah menjadi bagian dari pemerintahan. Maria mengungkapkan bahwa potensi pengaruh individu sangat besar dan tanggung jawab tersebut tidak boleh hanya diberikan kepada para pemimpin tetapi juga setiap warga negara.

“Satu hal lain yang perlu diluruskan Ukraina bukan bagian dari Bangsa Rusia. Ukraina adalah bangsa politik yang berbeda secara keseluruhan,” ungkapnya.

Maria mengibaratkan situasi tersebut seperti ketika orang Belanda berkomentar tentang Indonesia. Artinya, meskipun orang Belanda menyatakan bahwa Indonesia salah karena berhubungan dengan Belanda, kenyataannya adalah bahwa Ukraina tetap Ukraina, tanpa peduli dengan apa yang dikatakan oleh Rusia.

“Kami warga Ukrania menolak keras pandangan bahwa Krimea adalah bagian dari Rusia dan bersikeras untuk mempertahankan identitas mereka," tambah Maria.

Diakhir acara, Maksym menyoroti pentingnya generasi muda untuk berperan aktif dalam mengatasi informasi yang menyesatkan.

“Meskipun mungkin sulit menangkal hoaks di Indonesia, tetapi penting bagi generasi muda untuk tetap kuat dan tidak menyerah dalam menghadapi tantangan," papar Maksym lagi.

Maksym juga menyoroti bahwa setiap pelanggaran terhadap kedaulatan negara harus dihukum dalam mekanisme hukum internasional. Selain itu, Maksym menyerukan agar negara-negara seperti Indonesia turut berperan aktif dalam dewan keamanan internasional untuk memastikan keterwakilan yang adil.

Editor : Sazili Mustofa

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut