get app
inews
Aa Read Next : Keliling Dunia Sendiri dengan Sepeda Motor Listrik, Pria Ini Tempuh Jarak Lebih dari 42 Ribu Km

Curhat Pilu Petani Tebu di Rembang, Sulitnya Mendapat Benih, Pupuk Hingga Infrastruktur

Kamis, 23 Mei 2024 | 22:40 WIB
header img
Petani tebu di Rembang, Jawa Tengah pesimis target pemerintah dapat terwujud.

REMBANG, iNewsTangsel - Pemerintah menargetkan swasembada gula konsumsi pada 2028 dan untuk industri pada 2030, hal tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati.

Namun, petani tebu di Rembang, Jawa Tengah pesimis target pemerintah dapat terwujud. Sebab, beragam permasalahan pelik petani masih terjadi di lapangan. Hal itu diungkapkan oleh Maryono (49), salah satu tokoh petani tebu di Rembang, Jawa Tengah. Maryono mengatakan, ada tiga permasalahan besar yang saat ini dihadapi petani tebu yaitu permasalahan benih, pupuk, dan insfrastruktur yang tidak memadai.

Petani tebu menurut dia masih kesulitan mendapatkan bibit tebu berkualitas atau sesuai standar, hal ini akan berdampak panjang.

“Selama ini karena kalau cari benih itu di kabupaten sebelah, yang notabene itu sebenarnya bukan benih, (benih) itu sudah perasan ke empat, ke lima, dan dia itu asal tebu muda dipakai untuk bibit/benih. Ini tidak memenuhi standar. Seharusnya kan kita ada inovasi untuk pembenihan di Kabupaten Rembang," ungkap Maryono, dalam keterangannya, Kamis (23/5/24).

Persoalan benih juga semakin rumit karena saat ini petani tebu di Rembang belum mendapatkan sosialisasi tentang benih varietas yang cocok untuk ditanami di kondisi tanah dan geografis yang sesuai untuk menghasilkan kualitas panen yang maksimal.

"Riset untuk benih juga harus didukung, varietas apa yang cocok untuk tanah yang ada di Rembang, Rembang Selatan, Renbang Utara, dan Rembang Barat. Itu kan berbeda-beda. Harusnya kan ada penemuan yang memang benih tebu itu tepat untuk tanah tersebut," paparnya.

Selain benih, ketersediaan pupuk menjadi hambatan. Maryono mengatakan petani tebu di Rembang terakhir kali mendapat subsidi pupuk dari pemerintah pada tahun 2021 lalu dan bantuan pupuk dibatasi hanya 2 hektare (ha) untuk satu orang petani.

"Perkebunan tebu kalau hanya punya 2 hektare untuk satu orang petani itu tidak cukup untuk operasionalnya. Sebenarnya petani itu butuh 10 ha ke atas. Ini untuk menutupi biaya sekolah anak, untuk makan, pokoknya untuk keperluan yang memang itu kebutuhan hidup bukan gaya hidup. Kalau kita dibatasi hanya 2 ha untuk pupuk ini akan sulit," kata Maryono.

Alhasil, terjadi krisis perkebunan tebu di Rembang, banyak petani tebu yang akhirnya memilih alih komoditas lain. Jumlah petani tebu berkurang dratis dari 12.000 petani tebu pada tahun 2022, saat ini hanya sekitar 5.000 petani tebu. Ini membuat perkebunan tebu di Rembang saat ini banyak yang terbengkalai.

Kemudian Maryono menyebutkan infrastruktur juga menjadi kendala. Perkebunan tebu yang ada di Rembang masih menggunakan cara panen manual, belum termekanisasi, hal ini menjadi penghambat padahal dulu, petani tebu bisa menghasilkan panen 10 -15 rit, namun sekarang hanya 2 - 3 rit saja.

"Untuk olah tanah dan perawatan sudah menggunakan mesin, tapi yang belum adalah panennya, sementara petani muda sekarang banyak yang tidak mau panen manual, ingin seperti di pertanian pangan pakai mesin begitu," beber Maryono.

Dampak dari penurunan hasil panen tebu di Rembang salah satunya adalah banyak pabrik gula yang gulung tikar karena kekurangan bahan baku akibat tenaga kerja (petani tebu) tidak maksimal. Maryono mengharapkan pemerintah bisa memberikan perhatian kepada kendala petani tebu, ia tetap optimis menuju swasembada gula 2028 jika petani tebu mendapat dukungan campur tangan dari pemerintah.

"Saya yakin jika ketiga permasalahan ini dibenahi swasembada 2028 akan mencapai target, ini semua tidak terlepas dari program dan kebijakan pemerintah saat ini. Seandainya teman-teman petani tebu ini semangat untuk bergerak tetapi pemerintah tidak dukung itu juga menjadi masalah," pungkasnya.

Editor : Hasiholan Siahaan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut