“Kami melihat bagaimana ekosistem SRC bertransformasi dan memberikan dampak, melalui pemberdayaan dan pengembangan sumber daya manusia yang kuat dan solid. Toko kelontong yang tergabung dalam SRC memiliki nilai tambah, yaitu lebih fleksibel dan dapat dengan cepat beradaptasi terhadap perubahan. Mereka dapat memanfaatkan skala ekonomi dan dukungan kolektif untuk menghadapi tantangan dan peluang yang ada,” tambah Romulus.
Dampak yang diciptakan oleh SRC terhadap ekosistemnya antara lain:
1. Aspek Kemampuan Usaha
Terjadi peningkatan kemampuan usaha setelah pembinaan berkelanjutan tentang pengelolaan toko dan manajemen keuangan. Identitas toko yang rapi, bersih, dan terang mencerminkan tempat belanja kebutuhan harian yang nyaman bagi pelanggan.
2. Aspek Relasional
Anggota SRC menjadi lebih tanggap, tangguh, dan mampu berbagi motivasi, pengetahuan, serta pengalaman kepada sesama pemilik toko kelontong. Anggota SRC bergabung dalam Paguyuban untuk saling berbagi informasi, saling mendukung, dan mendorong kemajuan bisnis, serta aktif melaksanakan berbagai kegiatan sosial atas inisiatif paguyuban.
3. Aspek Kepercayaan Diri
Sebanyak 92% anggota SRC merasakan peningkatan kepercayaan diri dan mampu membuat perubahan, baik dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, meningkatkan kesejahteraan keluarga, hingga memberikan manfaat bagi komunitas di sekitarnya.
Menurut Romulus, dampak pembinaan SRCIS terhadap toko kelontong telah menyentuh bagian yang paling penting, yaitu individu pemilik toko SRC dan keluarganya. “Kami yakin dan bersyukur bahwa komitmen pembinaan dan pendampingan SRC selama 16 tahun kepada UMKM Toko Kelontong telah memberikan dampak positif yang nyata, baik bagi anggota SRC dan keluarganya, UMKM secara umum, masyarakat, maupun perekonomian Indonesia,” ujarnya.
Editor : Hasiholan Siahaan