JAKARTA, iNewsTangsel.id - Rendahnya penguasaan sains dan teknologi di Indonesia saat ini disebabkan oleh belum terbentuknya ekosistem inovasi nasional yang mendukung. Aspek seperti regulasi, tata kelola, alokasi sumber daya, dan pengaturan kelembagaan masih perlu dibenahi. Padahal, sains dan teknologi adalah kunci penting untuk melakukan transformasi dari ekonomi berbasis ekstraksi, pertanian tradisional, dan manufaktur konvensional menuju ekonomi berbasis pengetahuan atau Knowledge-Based Economy.
Ketua Aliansi Kebangsaan, Pontjo Sutowo, menjelaskan bahwa dengan kapasitas penguasaan sains dan teknologi yang masih rendah, akan sulit bagi Indonesia untuk membangun kemandirian dan kesejahteraan ekonomi secara berkelanjutan serta memiliki daya saing di kancah global. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk meningkatkan kapasitas sains dan teknologinya agar dapat berkontribusi dalam memajukan perekonomian nasional.
“Hanya dengan pemanfaatan sains dan teknologi secara maksimal, visi untuk beralih dari ekonomi ekstraktif ke ekonomi berbasis pengetahuan dapat tercapai,” ujar Pontjo dalam perayaan HUT ke-14 Aliansi Kebangsaan yang bertema “Transformasi Perekonomian Indonesia melalui Ekonomi Pengetahuan menuju Kemakmuran yang Inklusif” di Jakarta, Selasa (29/10/2024).
Ia juga menekankan bahwa di era kemajuan sains dan teknologi yang pesat ini, kekayaan sumber daya alam suatu negara, seperti Indonesia, tidak menjamin keberhasilan ekonomi berkelanjutan. Negara-negara yang telah beralih ke ekonomi berbasis sains dan teknologi terbukti lebih mampu meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
“Indonesia terlalu bergantung pada kekayaan alamnya yang melimpah. Oleh karena itu, paradigma ekonomi lama berbasis ekstraksi sumber daya alam harus segera ditinggalkan. Kita perlu belajar dari pengalaman dan mengubah pola pikir ekonomi Indonesia dari sekadar mengeksploitasi sumber daya alam menjadi ekonomi yang berfokus pada pengolahan, penciptaan nilai tambah, dan pemanfaatan teknologi,” jelasnya.
Editor : Hasiholan Siahaan