Komite SMAN 6 Depok: Kang Dedy Mulyadi Mungkin Salah Terima Informasi Soal KOB

DEPOK, iNewsTangsel.id - Komite SMA Negeri 6 Depok menanggapi pernyataan Gubernur Terpilih Jawa Barat, Dedy Mulyadi, terkait biaya Kunjungan Objek Belajar (KOB) yang disebut mencapai Rp5,5 juta. Ketua Komite SMAN 6 Depok, Eko Pujianto, menyebut isu tersebut menyesatkan dan tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
"Saya menduga Kang Dedy mendapatkan informasi yang salah. Seharusnya cek dan ricek dulu sebelum mengeluarkan pernyataan. Jangan asal bicara," tegas Eko, Minggu (16/2/2025).
Ia menjelaskan bahwa KOB merupakan bagian dari kurikulum saat ini dan telah ditetapkan jauh sebelum kepala daerah terpilih. Kegiatan ini bukan sekadar study tour, melainkan bagian dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)—sebuah metode pembelajaran lintas disiplin ilmu yang bertujuan memperkuat kompetensi dan karakter siswa.
"Jadi, ini bukan acara jalan-jalan semata. Ada proyek pengabdian masyarakat dan penelitian yang hasilnya menjadi bagian dari penilaian akademik siswa," tambahnya.
Transparansi Biaya dan Musyawarah Wali Murid
Eko menegaskan bahwa seluruh orang tua atau wali murid telah diajak bermusyawarah terkait pelaksanaan dan biaya KOB. Kegiatan ini tidak disubsidi pemerintah, sehingga dana yang disepakati—yakni Rp3,8 juta per siswa—juga mencakup subsidi silang bagi siswa yang kurang mampu.
"Jadi, bukan hanya pemerintah yang bisa memberikan subsidi. Kami, para orang tua, juga ikut membantu siswa yang benar-benar membutuhkan. Bahkan, ada opsi mencicil atau mengajukan keringanan biaya ke sekolah," jelasnya.
Selain itu, pihak sekolah dan komite juga menetapkan standar ketat bagi penyedia jasa perjalanan, termasuk pemilihan armada transportasi, akomodasi, dan jaminan kesehatan bagi siswa. Jika ada siswa yang sakit, pihak penyelenggara memastikan mereka bisa langsung dipulangkan dengan selamat.
"Kami juga meminta penyelenggara perjalanan untuk memastikan anak-anak tetap menjalankan ibadah selama kegiatan," katanya.
Menolak Himbauan Penghentian KOB
Menanggapi imbauan Kang Dedy agar KOB atau study tour dihentikan, Eko mempertanyakan dasar keputusan tersebut.
"Nggak bisa seenaknya asal ngomong. Ini bagian dari kurikulum, sudah direncanakan jauh-jauh hari, dan mayoritas orang tua serta siswa setuju. Kalau tiba-tiba dihentikan hanya karena ada satu-dua pihak yang keberatan, di mana letak keadilannya? Ini demokrasi macam apa?" tegasnya.
Ia juga mempertanyakan apakah bijak membatalkan kegiatan yang dinanti-nanti ratusan siswa hanya karena segelintir orang yang belum tentu memahami fakta sebenarnya.
"Apalagi, bagi siswa yang keberatan, sudah ada pilihan kegiatan alternatif yang lebih terjangkau di dalam kota. Semua sudah dipikirkan agar tidak ada yang merasa keberatan," ujarnya.
Kritisi Sumber Informasi
Eko menduga isu KOB SMAN 6 Depok berasal dari unggahan di blog, bukan dari media resmi yang terverifikasi Dewan Pers.
"Karena itu, pejabat pemerintah harus melek media dan tidak mudah termakan isu yang belum tentu benar," katanya.
Sebagai perwakilan sekitar 900 orang tua siswa, Eko berharap para pejabat tidak tergesa-gesa mengomentari sesuatu yang belum jelas kebenarannya.
"Tolong jangan asal komentar. Yang rugi bukan hanya kami, tapi juga nama baik sekolah ini. Saya berbicara seperti ini karena kami di komite bekerja dengan ikhlas," pungkasnya.
Editor : Hasiholan Siahaan