get app
inews
Aa Text
Read Next : Teknologi AI dan Otomasi Ubah Cara Perusahaan Layani Nasabah

Akademisi Serukan Edukasi Massal soal Bahaya Mengkonsumsi Kental Manis untuk Anak

Rabu, 26 November 2025 | 20:26 WIB
header img
Dalam penelitian di Pamijahan, Bogor, tim menemukan faktor ekonomi dan prioritas belanja rumah tangga menjadi penyebab anak tidak mendapatkan asupan bergizi memadai. (foto: istimewa)

JAKARTA, iNewsTangsel.id - Kebiasaan sebagian masyarakat memberikan kental manis sebagai pengganti susu bagi balita kembali menjadi sorotan. Untuk menelaah lebih jauh dampaknya terhadap kesehatan anak, tim akademisi dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Universitas Negeri Semarang (UNNES), Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA), serta Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) melakukan penelitian lapangan di tiga wilayah: Pamijahan (Bogor), Semarang, dan Kulon Progo.

Guru Besar Ilmu Gizi UMJ, Dr. Tria Astika Endah Permatasari, menjelaskan bahwa dorongan melakukan riset muncul karena tingginya konsumsi minuman manis di kalangan anak dan masih kuatnya persepsi bahwa kental manis adalah susu. Ia menegaskan, pola konsumsi ini tidak terlepas dari perilaku orang tua yang diwariskan secara turun-temurun.

“Balita tentu tidak tahu apa yang mereka konsumsi, tapi kebiasaan orang tua dalam memberikan kental manis itulah yang akhirnya membentuk pola konsumsi anak,” ujar Prof. Tria, Rabu (26/11/2025).

Dalam penelitian di Pamijahan, Bogor, tim menemukan faktor ekonomi dan prioritas belanja rumah tangga menjadi penyebab anak tidak mendapatkan asupan bergizi memadai. Pengeluaran untuk rokok, misalnya, masih lebih diutamakan dibandingkan membeli makanan sehat untuk balita.

Dari Semarang, Dr. Mardiana, S.KM., M.Si., ketua tim peneliti UNNES, melaporkan konsumsi kental manis yang sangat tinggi pada 100 balita di Tanjung Mas dan Sukorejo. Menurutnya, meski dampak jangka pendek seperti karies dan diare lebih mudah terlihat, potensi risiko penyakit tidak menular (PTM) sejak dini juga menjadi perhatian.

Ia menambahkan, pola asuh ikut memengaruhi tingginya konsumsi. Di Tanjung Mas, banyak balita diasuh oleh nenek sehingga memilih kental manis karena dianggap praktis. Sementara di Sukorejo, meski diasuh orang tua, tingkat pemahaman tentang kandungan gula belum merata.

Sementara itu di Kulon Progo, penelitian tim UNISA yang dipimpin Luluk Rosida, S.St., M.K.M. menunjukkan kuatnya aspek budaya. Kental manis masih menjadi pilihan saat menjenguk orang sakit hingga dijadikan campuran minuman di warung. Kebiasaan ini secara tidak langsung memperkenalkan kental manis kepada balita sebagai “susu”.

“Tradisi membawa susu ketika menjenguk balita sakit sering kali merujuk pada kental manis. Ini yang membuat balita mengenal kental manis sebagai susu sejak awal,” jelas Luluk.

Hasil penelitian yang kemudian dibukukan ini diharapkan dapat menjadi bahan edukasi masyarakat sekaligus referensi bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang lebih tepat untuk menekan mispersepsi mengenai kental manis dan melindungi kesehatan anak.

Editor : Hasiholan Siahaan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut