BANTEN, iNewsTangsel.id - Nyi Raden Juhariah (Tokoh PMI perang Balaraja), dua pejuang Kesultanan Mataram era Sultan Agung yaitu Tumenggung Arya Winangun dan Tumenggung Surya Winangun. Tentu keberadaan makam para tokoh-tokoh tersebut menjadi magnet tersendiri bagi peziarah yang ingin bertawasul sekaligus mendoakan para leluhur sebagai wujud penghormatan, terimakasih atas perjuangan yang pernah dilakukan.
Perkembangan langgar atau padepokan Ki Tengger Djati menjadi bangunan masjid terwujud pada tahun 1455 pasca kehadiran seorang ulama Timur Tengah bernama Sayyid Hasan Ali Al-Husaini (Syekh Abdul Jalil) untuk meneruskan dan mengembangkan ajaran agama Islam yang sudah dimulai Ki Tengger Djati.
Tidak hanya melakukan syiar Islam saja, Syekh Abdul Jalil juga mendirikan bangunan masjid (Masjid Jami Kalipasir) di lokasi langgar atau padepokan yang sebelumnya ada. Kondisi bangunan masjid yang sudah berusia 447 tahun lebih saat ini masih berdiri kokoh dan tidak mengurangi fungsi sebagai tempat ibadah, kecuali fungsi ibadah sholat jumat sudah ditiadakan sejak tahun 1950 karena pemerintah sudah menyediakan Masjid Jami di Kota Tangerang.
“Para guru dan alim ulama Kalipasir sekitarnya membuat keputusan untuk menggabungan jamah ke masjid yang disediakan pemerintah dan Masjid Jami Kalipasir tidak dipakai jumatan” Imbuh Raufi.
Semenjak Sayyid Hasan Ali Al-Husaini hadir di langgar atau padepokan Kalipasir dan dianggap mampu meneruskan perjuangan maka Ki Tengger Djati meninggalkan tempat tersebut untuk meneruskan perjalanan spiritual yang tertunda.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait
