"Energi fusi, sumber daya di balik Matahari dan bintang-bintang, telah menjadi fokus penelitian energi selama beberapa dekade, sejak upaya pertama kali dilakukan pada tahun 1950-an dan 60-an untuk mereplikasi kekuatan Matahari di Bumi," katanya baru-baru ini dalam pembaruan terkini.
"Tidak hanya fusi ini bebas dari gas rumah kaca dan limbah nuklir yang berumur panjang, namun juga kompak dan dapat menghasilkan sejumlah energi yang berguna untuk industri," ujar insinyur Inggris-Jerman tersebut.
Pembuatannya memakan waktu 15 tahun. JT-60SA memiliki tinggi 15,5 meter dan lebar 13,7 meter. "Dengan hanya satu gram bahan bakar campuran, kita dapat memperoleh energi setara delapan ton minyak," ujar Takahiro Suzuki, wakil manajer proyek untuk kerjasama Jepang dengan Uni Eropa.
Namun, meskipun telah berusaha selama puluhan tahun, teknologi ini masih dalam tahap awal dan harganya sangat mahal. "Fusi nuklir tentu dapat berkontribusi pada energi di masa depan. Sulit untuk menentukan jangka waktu pastinya. Hal ini pada akhirnya akan tergantung pada seberapa besar investasi yang dilakukan di bidang ini dan seberapa besar keinginan masyarakat untuk menjadikannya sebagai solusi," kata Davis.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait