JAKARTA, iNewsTangsel.id - Komitmen pemerintah untuk mempercepat implementasi sistem transaksi tol non-tunai nirsentuh atau multi lane free flow (MLFF) bukan hanya sekadar wacana. Ini terbukti dari kebijakan yang dikeluarkan dalam beberapa pekan terakhir. Setelah menetapkan MLFF sebagai bagian dari proyek strategis nasional (PSN) non-APBN, pemerintah baru saja menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2024 tentang Jalan Tol. Dengan revisi PP tersebut, MLFF resmi menjadi salah satu sistem transaksi jalan tol di Indonesia.
Direktur Utama PT Roatex Indonesia Toll System (RITS), Attila Keszeg, mengapresiasi langkah progresif yang diambil oleh pemerintah. "Terbitnya PP tersebut menjadi landasan hukum serta pelaksanaan sistem MLFF yang dinantikan bukan hanya oleh RITS, tetapi juga oleh industri dan para pemangku kepentingan. Langkah ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam mewujudkan sistem transportasi masa depan demi mencapai cita-cita Indonesia Emas 2045," ujarnya.
Lebih lanjut, Attila menyatakan bahwa RITS sebagai badan usaha pelaksana (BUP) program MLFF sudah siap mengimplementasikan sistem tersebut sesuai dengan jadwal yang ditargetkan pemerintah, yaitu mulai kuartal keempat tahun ini. Namun, MLFF berbasis global navigation satellite system (GNSS) bukanlah solusi "plug-and-play" yang dapat dioperasikan secara mandiri. Sistem MLFF sangat kompleks dan memerlukan persiapan yang matang, baik dari segi teknologi, regulasi, maupun kerja sama dengan pemangku kepentingan terkait lainnya.
“Demi keberhasilan implementasi MLFF, RITS terbuka dan berharap adanya kolaborasi dengan semua pemangku kepentingan, mulai dari badan usaha jalan tol, otoritas keuangan, regulator sistem pembayaran digital, hingga kepolisian terkait dengan penegakan hukum,” tambah Attila.
Attila melanjutkan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju yang didukung oleh kekayaan alam dan demografinya. Namun, Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama dalam hal kelancaran transportasi dan logistik. Salah satu penyebab utamanya adalah kemacetan di jalan tol yang disebabkan oleh antrean saat bertransaksi di gardu tol.
"Mengutip data Bank Dunia tahun 2019, kerugian ekonomi di Indonesia akibat kemacetan mencapai sekitar 4 miliar dolar AS per tahun. Sementara studi kelayakan yang dilakukan Roatex pada tahun 2020 menunjukkan bahwa kemacetan di gerbang tol mengakibatkan kerugian ekonomi lebih dari 300 juta dolar AS setiap tahun," jelas Attila.
Menurut Attila, MLFF berbasis GNSS yang dihadirkan Roatex adalah teknologi terbaru yang memungkinkan pengguna membayar tol tanpa harus berhenti, sehingga menjadi solusi untuk mengatasi antrean di pintu tol. Sistem MLFF ini diadopsi dari sistem serupa yang berhasil diterapkan di Hungaria dan beberapa negara lain, namun disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi Indonesia serta penggunaan teknologi terkini. "Ini akan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara pengguna teknologi transaksi tol paling mutakhir di Asia Tenggara," tambah Attila.
Berbeda dengan teknologi pembayaran tol lainnya, MLFF berbasis GNSS tidak memerlukan alat pembaca di setiap lokasi di jalan tol, sehingga memberikan solusi biaya yang lebih efektif. Pengguna cukup menggunakan aplikasi smartphone bernama CANTAS yang dilengkapi dengan electronic-on board unit (e-OBU) dan terbaca oleh satelit. "Implementasi MLFF akan memudahkan pengguna serta meningkatkan profitabilitas operator jalan tol karena mengurangi biaya pengumpulan tol secara besar-besaran," tegas Attila.
Tidak hanya efisiensi waktu dan biaya, penerapan MLFF juga menghadirkan transparansi operasional yang dapat meningkatkan pendapatan negara serta mempercepat transformasi digital di Indonesia. Selain itu, penerapan MLFF juga memberikan manfaat dari sisi lingkungan dan sosial. Selama ini, gerbang tol dan sekitarnya menjadi titik konsentrasi polusi karena banyaknya kendaraan yang berhenti dan mengantre untuk membayar tol.
"Dengan adanya MLFF, masyarakat Indonesia tidak perlu lagi membuang waktu percuma karena kemacetan di pintu tol, sehingga mereka memiliki lebih banyak waktu untuk meningkatkan produktivitas maupun bersama keluarga," tutup Attila.
MLFF telah ditetapkan sebagai proyek strategis nasional (PSN) non-Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator (Permenko) Nomor 6 Tahun 2024. Proyek MLFF dilaksanakan menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dan merupakan investasi asing langsung (foreign direct investment) dari Hungaria senilai USD 300 juta (Rp 4,5 triliun). RITS menjadi badan usaha pelaksana (BUP) program MLFF setelah memenangi tender sesuai dengan Surat Menteri PUPR Nomor: PB.02.01-Mn/132 tanggal 27 Januari 2021.
Sistem MLFF ini sejak 12 Desember 2023 diujicobakan di Tol Mandara Bali oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Rencananya, sistem MLFF ini akan diterapkan secara bertahap mulai dari Tol Mandara Bali pada Oktober 2024. Selama masa transisi ini, sistem yang digunakan adalah Single Lane Free Flow dengan tetap menggunakan barrier.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait