JAKARTA, iNewsTangsel.id - Kajian terbaru dari Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) menunjukkan bahwa akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak menjadi faktor kunci dalam upaya pencegahan stunting di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil. Stunting—kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis—telah lama menjadi masalah kesehatan yang serius, dan solusi yang tepat bukan hanya soal asupan gizi, tapi juga lingkungan hidup yang sehat.
Studi Komprehensif FKI: Air Bersih Lebih Penting dari Sekadar Gizi
Hasil kajian FKI menyoroti bahwa daerah yang memiliki sanitasi buruk dan akses terbatas terhadap air bersih, seperti wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar), memiliki risiko stunting yang jauh lebih tinggi. Dalam laporannya, Direktur Eksekutif FKI, Prof. Nila F. Moeloek, mengungkapkan bahwa kualitas air minum yang buruk serta lingkungan yang tidak sehat meningkatkan risiko stunting hingga 1,5 kali lebih besar dibandingkan dengan daerah yang memiliki infrastruktur sanitasi yang memadai.
“Kajian kami menunjukkan bahwa pencegahan stunting tidak bisa hanya bergantung pada intervensi gizi semata. Untuk mencapai hasil yang berkelanjutan, sanitasi yang baik dan akses air bersih harus menjadi prioritas utama," kata Nila Moeloek, yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan RI.
Kolaborasi Lintas Sektor untuk Mengatasi Stunting
Selain faktor sanitasi, penelitian FKI juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, baik pemerintah, organisasi masyarakat, maupun pihak swasta, untuk memperbaiki kondisi infrastruktur dasar di daerah-daerah berisiko. Menurut Dr. Ray Wagiu Basrowi, Koordinator Riset dan Kajian FKI, masalah stunting sangat kompleks dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan pendekatan kesehatan. "Intervensi sanitasi, air bersih, serta pencegahan anemia pada ibu hamil adalah langkah-langkah krusial yang harus dioptimalkan," ujar Ray.
Mengatasi Anemia untuk Mencegah Stunting
Salah satu temuan penting lainnya dari kajian ini adalah dampak anemia pada ibu hamil terhadap risiko stunting. Penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami anemia memiliki risiko 2,3 kali lebih besar melahirkan anak yang stunting. Oleh karena itu, FKI merekomendasikan skrining anemia secara rutin di posyandu dan puskesmas, serta pemberian tablet tambah darah dan nutrisi kaya zat besi kepada ibu hamil.
Daerah 3T Paling Rentan, Perlu Fokus Kebijakan
Wilayah 3T disebut sebagai area dengan tingkat risiko stunting yang tertinggi, dengan keterbatasan akses air bersih dan sanitasi menjadi penyebab utama. FKI menekankan pentingnya pendekatan berbasis wilayah, khususnya di Pulau Jawa, Sumatra, dan Sulawesi, di mana infrastruktur sanitasi dan layanan kesehatan dasar seperti ANC (Antenatal Care) harus ditingkatkan.
“Stunting adalah isu yang memerlukan komitmen dari semua pihak. Jika kita bisa memastikan setiap anak Indonesia memiliki akses terhadap air bersih, sanitasi yang layak, dan layanan kesehatan berkualitas, kita akan melihat generasi mendatang yang lebih sehat dan produktif,” tambah Nila.
Akses Air Bersih Jadi Solusi Masa Depan
Studi FKI ini mempertegas bahwa stunting bukan hanya masalah asupan gizi, melainkan tantangan yang lebih luas mencakup kualitas lingkungan dan kesehatan. Dengan peningkatan akses terhadap air bersih, sanitasi yang layak, serta pencegahan anemia pada ibu hamil, Indonesia memiliki peluang besar untuk menurunkan angka stunting secara signifikan. Kolaborasi lintas sektor dan komitmen dari semua pihak menjadi kunci keberhasilan program ini dalam jangka panjang.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait