Gulat menambahkan, teknologi pemetaan tidak hanya berguna untuk mematuhi ketentuan EUDR, tetapi juga untuk inventarisasi lahan petani sawit. Selain itu, penggunaan drone juga dapat meningkatkan efisiensi dalam proses pemupukan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas.
“Berdasarkan data, sekitar 68 persen dari 300 ribu hektar lahan yang terlibat dalam Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dimiliki oleh petani swadaya. Dengan bantuan teknologi drone, petani dapat lebih mudah mengelola lahan mereka dan meningkatkan hasil produksi,” jelasnya.
Di sisi lain, General Manager Komersial PT TSIT, Nicko Arywibowo, menambahkan bahwa teknologi drone diharapkan mampu membantu petani kelapa sawit dalam menghadapi tantangan berkurangnya tenaga kerja di sektor perkebunan. Teknologi ini dianggap dapat mempermudah proses pemetaan dan mekanisasi pemupukan.
“Semakin langkanya tenaga kerja di sektor perkebunan berpotensi menurunkan produktivitas. Oleh karena itu, kami mengusulkan kerja sama ini untuk mengatasi masalah tenaga kerja, terutama dalam hal efisiensi pembukaan lahan, dosis dan cara pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit agar tidak merugikan petani dan pekebun,” katanya.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait