JAKARTA, iNewsTangsel.id - GSK mengadakan pertemuan tahunan ketiga RespiVerse pada 13-14 Desember 2024 di Bangkok, Thailand. Acara ini mempertemukan pakar internasional terkemuka dan tenaga kesehatan dari 17 negara untuk membahas tantangan global dalam penanganan penyakit pernapasan. Fokus pertemuan adalah solusi inovatif dan strategi kolaboratif untuk meningkatkan kesehatan pernapasan di seluruh dunia.
Melalui kerja sama dengan dokter spesialis dan ahli dari berbagai negara, GSK merancang program unggulan yang bertujuan meningkatkan kualitas perawatan klinis serta mengembangkan pengobatan baru bagi jutaan pasien dengan penyakit pernapasan. Fokus penelitian dan pengembangan GSK meliputi vaksin, produk biologis, dan obat inhalasi untuk penyakit seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan Respiratory Syncytial Virus (RSV).
“Kami memanfaatkan teknologi terbaru untuk mengatasi penyebab utama penyakit pernapasan serta mencegah perburukan kondisi pasien, sehingga mereka dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik,” ujar Dr. Gur Levy, Regional Medical Lead of Biologics Emerging Market GSK, dalam rilisnya, Selasa (24/12/2024).
Acara ini menghadirkan pembicara dan peserta dari berbagai wilayah, termasuk Asia Tenggara, Amerika Latin, dan Amerika Tengah. Fokus utama adalah mengintegrasikan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keahlian guna mengidentifikasi tantangan klinis di bidang pernapasan, sekaligus memperluas pengetahuan profesional di kawasan Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin.
Panel ahli mendiskusikan empat patologi pernapasan utama: asma sedang, asma berat, PPOK, dan RSV.
Fokus pada Pencegahan Penyakit Pernapasan
Dr. Arnas Berzanskis, VP & Regional Medical Affairs Head – Vaccines GSK, menekankan pentingnya pencegahan, khususnya terhadap RSV. “RSV lebih sering terjadi dan lebih berbahaya dibandingkan flu. Kami berkomitmen mengembangkan inovasi vaksin untuk melindungi kelompok rentan, seperti lansia dan individu dengan kondisi medis seperti asma, PPOK, diabetes, dan penyakit jantung, dari risiko kesehatan serius akibat RSV. Dengan memprioritaskan pencegahan, kami ingin mengurangi beban RSV dan menciptakan komunitas yang lebih sehat, terutama di tengah populasi global yang semakin menua.”
RSV: Ancaman Tersembunyi untuk Lansia
Para pakar mengungkapkan kekhawatiran terhadap dampak RSV pada lansia dan individu dengan penyakit penyerta. Di Indonesia, populasi lansia terus meningkat, diperkirakan mencapai 14,6% dari total populasi pada 2030. Sekitar 20,7% lansia mengalami penyakit penyerta yang memperburuk kerentanan mereka terhadap infeksi RSV.
RSV adalah virus pernapasan yang mudah menular melalui inhalasi atau kontak langsung dengan sekresi pernapasan. Gejala umum seperti hidung tersumbat, batuk, dan demam sering kali menyerupai flu biasa, sehingga menyulitkan diagnosis. Lansia dengan gejala RSV sering tidak menyadari infeksi yang mereka alami, meningkatkan risiko komplikasi serius.
Proses diagnosis RSV membutuhkan tes khusus yang mahal dan tidak selalu mudah diakses. Selain itu, hingga saat ini belum ada pengobatan khusus untuk RSV pada orang dewasa, menambah tantangan dalam penanganan penyakit ini.
RSV lebih sering menyebar selama musim hujan, dengan intensitas tinggi dari September hingga Februari, serta mencapai puncaknya pada bulan Oktober hingga Desember. Virus ini sangat menular, di mana satu orang yang terinfeksi biasanya dapat menularkan virus kepada tiga orang lainnya. Lansia yang terinfeksi bahkan dapat menularkan virus lebih lama dibandingkan populasi lainnya.
Melalui pertemuan RespiVerse, GSK berharap dapat meningkatkan kesadaran global, mendorong pencegahan, dan mempercepat pengembangan inovasi untuk melindungi masyarakat dari penyakit pernapasan, termasuk RSV.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait