Dalam paparannya yang berjudul "Program Grant Riset Sawit (GRS) untuk Kemajuan Riset dan Inovasi", Muhammad Alfansyah mengapresiasi AII atas komitmennya dalam menilai dan menjembatani inovasi agar dapat diterapkan di industri sawit nasional.
"Setiap tahun ada sekitar 800 invensi, dan tahun ini diperkirakan mencapai 1.000 invensi yang mendapat pendanaan dari BPDP melalui program GRS. Kami berharap semakin banyak invensi yang dapat dikembangkan dan memberikan dampak positif bagi industri sawit Indonesia, yang saat ini masih menghadapi berbagai tantangan," ungkap Muhammad Alfansyah.
Ia juga menyoroti bahwa industri sawit nasional akan menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia, baik dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun kesejahteraan petani dan pelaku industri.
"Harga bukan lagi faktor utama dalam penyerapan minyak sawit dunia. Ada tantangan besar dalam menambah nilai produk sawit agar tetap kompetitif, bahkan jika harga Crude Palm Oil (CPO) kita tidak lebih murah dibanding komoditas lain. Ini menjadi salah satu fokus riset ke depan," tambahnya.
Muhammad Alfansyah juga mengungkapkan bahwa BPDP berencana memperluas cakupan program GRS ke sektor kelapa dan kakao pada 2025 atau 2026. Namun, ia juga menyoroti bahwa dana riset yang berasal dari pungutan ekspor CPO masih sangat kecil, hanya sekitar 1–2% dari total dana yang dikelola. Dari 400 penelitian yang dibiayai BPDP, baru 26 yang berpotensi dikomersialisasi, dengan 16 telah berhasil dikomersialisasikan, 10 dalam proses, dan 4 telah mendapatkan NDA.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait