JAKARTA, iNewsTangsel.id - Sujud adalah bagian gerakan dalam shalat sebagai bentuk kerendahan diri manusia terhadap Allah Ta'ala. Saat sujud itulah sejatinya manusia berada dalam titik terendah di hadapan Allah Ta'ala.
Sujud juga sebagai bentuk konkret bagaimana manusia merasa kecil dan tidak berdaya di hadapan Allah Ta'ala. Dalam ilmu kesehatan terutama neurosains, sujud ternyata mempengaruhi kesehatan otak, kesehatan mental, dan ketenangan jiwa.
كَلَّا ؕ لَا تُطِعۡهُ وَاسۡجُدۡ وَاقۡتَرِبْ۩
Kalla; la tuti'hu wasjud waqtarib
Artinya: 'Sekali-kali tidak! Janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah serta dekatkanlah (dirimu kepada Allah)'. (QS. Al-'Alaq:19)
Hal ini disampaikan Prof. Dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D., ilmuwan Indonesia yang diakui secara global di bidang neurosains saat menjadi penceramah dalam shalat tarawih di Masjid Istiqlal pada malam ke-9 Ramadan, Sabtu (8/3/2025).
Prof. Dr. Taruna Ikrar, M.Biomed, Ph.D juga menjabat sebagai Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.
Salah satu pencapaian ilmiahnya yang diakui dunia adalah paten metode pemetaan otak manusia sejak 2009, yang membuka wawasan baru dalam studi neurologi.
1 Meningkatkan aliran darah dan oksigen ke otak, memperkuat koneksi saraf dan mendukung fungsi kognitif.
2. Merangsang regenerasi sel otak, membantu meningkatkan daya ingat dan mencegah gangguan neurodegeneratif.
3. Menurunkan kadar hormon stres kortisol, yang berkontribusi dalam mengurangi kecemasan serta meningkatkan ketenangan jiwa.
4. Menyeimbangkan sistem saraf, berperan dalam pengaturan emosi dan meningkatkan ketahanan mental.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta