Untuk menumpas pemberontakan Qahhar Mudzakkar, Pangdam Hasanuddin menggelar dua operasi militer secara berurutan yakni Operasi Tumpas dan Operasi Kilat.
Ketika itu, perundingan dengan Qahhar Mudzakkar benar-benar ditutup. Ini disebabkan pada tahun 1957 dalam perundingan terakhir yang mempertemukan Qahhar Mudzakkar dengan Brigjen TNI M Jusuf terjadi kontak senjata dan hampir menewaskan M Jusuf.
Perundingan tidak mencapai kata sepakat, bahkan ditemukan fakta Qahhar Mudzakkar tak memiliki iktikad baik. Alih-alih berusaha mencari solusi untuk mewujudkan perdamaian, dia justru menyiapkan pasukan guna menyergap pasukan pemerintah.
Ketika masuk lokasi perundingan, Brigjen TNI M Jusuf beserta staf dikepung. Beruntung, sejumlah pasukan Brimob dan pasukan pengawal Pangdam sigap melindungi Pangdam dengan cara mengevakuasi M Jusuf ke dalam panser.
Namun, beberapa prajurit Brimob gugur dan terluka karena menjadi tameng hidup saat melindungi Brigjen TNI M Jusuf dari berondongan senjata pemberontak.
Akhirnya M Jusuf selamat dari upaya pembunuhan pemberontak Qahhar Mudzakkar. Tak heran, ketika menjabat Panglima ABRI Jenderal TNI (Purn) M Jusuf sangat peduli terhadap Brimob.
Perlengkapan Brimob ditingkatkan dan kesejahteraan anggotanya juga diperhatikan. Brimob juga diizinkan melaksanakan latihan tempur mandiri untuk mengasah kemampuannya.
Jenderal TNI (Purn) M Jusuf. Dia memang dikenal sebagai komandan yang amat memerhatikan seluruh anak buahnya dan tidak membeda-bedakan asal kesatuan. Seorang perwira Satuan Pelopor Brimob yang dalam buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan ini dikenal dengan nama samaran Romeo mengakui warisan pendidikan Brimob pada Orde Baru melekat kuat pada anggota Brimob saat ini.
Ketika Orba, Brimob dididik dengan fasilitas seadanya dan memperoleh perlengkapan memprihatinkan. Namun, Romeo juga menjamin Pelopor saat ini sudah mengalami perubahan baik dari sisi pelatihan maupun perlengkapan. Hanya saja memang masih jauh dari kualifikasi Pelopor pada tahun 1950-an hingga 1960-an.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait