Dari Sewa Kamera, BSM Entertainment Rajai Industri Kreatif Mulai Film, Kreator Hingga Festival Musik
JAKARTA, iNewstangsel - Di tengah badai disrupsi digital yang menerjang berbagai industri, sektor hiburan tak luput dari pusarannya. Namun, di tengah perubahan lanskap yang serba cepat dan tren yang sulit diprediksi, Tomi Defantri, nahkoda BSM Entertainment, tampil sebagai sosok yang piawai menavigasi tantangan dengan strategi jitu dan mental baja. Sejak merintis BSM pada 2014 dengan modal penyewaan alat produksi, Tomi tak hanya membangun bisnis, tetapi juga menorehkan dampak positif bagi masyarakat lokal, dengan 90% dari 300 lebih karyawannya adalah putra daerah.
Tomi meyakini bahwa kepemimpinan intrapreneurial adalah kunci untuk bertahan dan berkembang di era ketidakpastian. Baginya, seorang pemimpin masa kini harus memadukan intuisi dengan analisis data dan adaptasi teknologi yang cepat. Ketika popularitas televisi mulai meredup dan konsumsi konten beralih ke platform digital, BSM tidak terjebak dalam zona nyaman. Tomi dengan sigap melakukan reposisi bisnis, menginvestasikan sumber daya pada peralatan produksi yang lebih ringkas dan relevan bagi para content creator. Keputusan visioner ini membuktikan kepekaannya terhadap perubahan pasar dan keberaniannya untuk berinovasi di garis depan.
BSM memilih fokus pada ceruk pasar yang terus bertumbuh, yakni penyewaan alat produksi untuk konten digital yang kini menjadi kebutuhan esensial bagi para kreator independen. Tak hanya itu, alih-alih berkutat dalam persaingan sengit di pasar yang sudah ramai, BSM menerapkan Strategi White Ocean, menciptakan pasar baru dan menjadi pionir dalam ekosistem industri yang terus berkembang. Puncak dari strategi ini terlihat jelas saat pandemi COVID-19 melanda. Di saat banyak perusahaan terhuyung-huyung, BSM justru mengambil langkah berani dengan mengalihkan seluruh sumber daya untuk mendukung layanan live streaming. Investasi sebesar Rp1,3 miliar dari dana cadangan terakhir berbuah manis, dengan lonjakan omzet mencapai Rp2,5 miliar per bulan.
"Keputusan ini adalah manifestasi nyata dari keberanian dan visi jangka panjang yang matang," ujar Tomi Defantri, dalam keterangannya, Jumat (16/5/2025).
Untuk memastikan BSM tetap relevan dan lincah dalam menghadapi perubahan zaman, Tomi tidak hanya bertumpu pada bisnis inti penyewaan alat. Ia melakukan diversifikasi ke berbagai sektor strategis, salah satunya adalah Event Organizer (EO). Langkah ini memungkinkan BSM untuk menggarap acara-acara berskala besar, termasuk konser dan festival musik berskala nasional seperti Semesta Berpesta.
"Untuk konser musik sendiri, kita Tahun ini sedang menggarap event “Menfest (Mendadak Festival)” yang akan hadir di 10 Kota, kota pertamanya adalah Jambi, yang diselenggarakan pada 23 Mei mendatang. Dan penjualan tiketnya sudah sold out," papar Tomi, menunjukkan kesuksesan BSM dalam menggarap pasar festival musik.
Selain itu, BSM juga memperluas jangkauan bisnisnya melalui production house, yang fokus pada produksi film dan serial web untuk berbagai platform digital.
"Setelah memproduksi film SAMAR yang tayang pada Maret lalu, kami kembali produksi film yang sedang menunggu jadwal tayang berjudul “Makelar Doa” dengan Genre Drama Komedi," ungkap Tomi.
Keberhasilan Tomi dalam memimpin BSM tidak hanya didasarkan pada strategi bisnis yang cerdas dan inovasi yang berani, tetapi juga pada nilai-nilai kepemimpinan yang ia junjung tinggi. Salah satu prinsip utamanya adalah kebermanfaatan bagi sesama. Dalam praktik bisnisnya, ia tetap memberikan harga terbaik bahkan kepada para pesaing yang menyewa peralatan dari BSM, meskipun tidak mendapatkan perlakuan serupa. Bagi Tomi, keputusan rasional yang mengedepankan manfaat jangka panjang jauh lebih penting daripada respons emosional sesaat.
Editor : Aris
Artikel Terkait