JAKARTA, iNewsTangsel.id - Penyakit kardiovaskular kini menjadi salah satu tantangan terbesar bagi sistem kesehatan di Indonesia. Setiap tahunnya, lebih dari 650 ribu orang didiagnosis menderita penyakit ini, yang menjadi penyebab utama kematian di tanah air.
Tak hanya berdampak pada kesehatan masyarakat, penyakit jantung juga membebani sistem ekonomi. Biaya penanganannya mencapai Rp10,3 triliun atau sekitar 700 juta dolar AS per tahun.
Sayangnya, penanganan penyakit ini masih menghadapi kendala besar. Jumlah dokter spesialis jantung masih sangat terbatas—hanya sekitar 1.500 orang untuk melayani populasi yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau. Layanan jantung lanjutan pun masih terkonsentrasi di kota-kota besar, menyulitkan masyarakat di daerah terpencil untuk mendapatkan akses kesehatan yang memadai.
Ketua Bidang Medis Yayasan Jantung Indonesia (YJI), Ario Soeryo Kuncoro, mengungkapkan bahwa belum meratanya sebaran dokter jantung dan minimnya fasilitas diagnostik menjadi penyebab keterlambatan diagnosis dan pengobatan.
“Akibatnya, banyak pasien datang dalam kondisi yang sudah parah dan lebih sulit ditangani,” kata Ario dalam dialog “Transformasi Digital dalam Perawatan Kardiovaskular” di Jakarta, Jumat (30/5/2025).
Kondisi ini mendorong perlunya pemanfaatan teknologi canggih dalam layanan kesehatan. Semua pemangku kepentingan sepakat bahwa integrasi teknologi seperti pencitraan berbasis AI, pemantauan jarak jauh, dan sistem data terintegrasi adalah solusi menjanjikan.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait