“Sejak 2023, kami melakukan pemotongan di India, kemudian daging dikirim ke Palestina. Karena di India tidak diperbolehkan menyembelih sapi, kami menggunakan kerbau. Proses ini menghasilkan daging beku, namun belakangan berubah menjadi daging kaleng,” jelasnya.
Perubahan dari daging beku ke daging kaleng, menurut Syamsul, merupakan respons atas memburuknya infrastruktur di Palestina, terutama pasokan listrik yang tidak stabil. “Setelah perang pecah, listrik makin terbatas, sehingga freezer tak bisa digunakan. Maka distribusi kami alihkan ke daging kaleng agar bisa disimpan lebih lama,” katanya.
Ia menambahkan bahwa pendekatan ini diambil setelah mempertimbangkan situasi lapangan dan kebutuhan masyarakat setempat. Model distribusi tersebut dinilai lebih adaptif terhadap kondisi darurat.
Dompet Dhuafa juga melibatkan jaringan mitra lokal untuk memastikan distribusi daging kurban dapat berjalan sesuai prosedur dan syariat, serta menjangkau masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
Pada Iduladha 1446 H tahun ini, lembaga tersebut menargetkan distribusi sebanyak 35.000 ekor setara domba/kambing, yang akan tersebar di 28 provinsi di Indonesia, serta di tiga negara: Palestina, Somalia, dan Myanmar.
Syamsul berharap partisipasi masyarakat, terutama anak muda, dapat terus tumbuh untuk mendukung program kemanusiaan seperti ini. “Kami ingin generasi muda melihat kurban sebagai sesuatu yang berdampak, bukan hanya ritual tahunan. Kurban bisa jadi cara nyata untuk membantu mereka yang hidup dalam kesulitan,” tutupnya.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait