Fadli Zon mengungkapkan, sejarah panjang film Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran wartawan. Sejak era perjuangan kemerdekaan, wartawan dan sineas telah berjalan beriringan dalam mengabarkan kisah bangsa, menyalakan semangat nasionalisme dan membawa pesan inspirasi dan semangat, tak sekadar menghibur audiens.
“Sejarah mencatat, film Indonesia tumbuh dari pena wartawan, Usmar Ismail adalah wartawan pejuang yang menjadikan film sebagai alat perjuangan, tak hanya sekadar hiburan,” ucapnya.
Dia menilai bahwa festival tersebut memiliki peran penting dalam memberikan penghargaan dan penghormatan atas kerja keras, serta kreativitas para sineas dan jurnalis yang telah mengabdikan diri di dunia film.
“Saya merasa bangga dan terhormat dapat hadir di Festival Film Wartawan 2025. Ajang ini bukan hanya merayakan karya sinema, tetapi juga menegaskan jalinan sejarah antara dunia jurnalistik dan dunia perfilman Indonesia,”ucap Fadli.
Fadli Zon menjelaskan bahwa baik wartawan maupun sineas memiliki tanggung jawab moral sama dalam menggugah kesadaran publik. Wartawan dan film sesungguhnya adalah dua sisi dari satu mata uang.
“Keduanya sama sama menulis realitas, menggali nurani, menyalakan imajinasi, dan menyampaikan pesan yang mampu membangkitkan semangat serta memperkaya wawasan masyarakat,” tuturnya.
Editor : Hasiholan Siahaan
Artikel Terkait
