JAKARTA, iNewsTangsel.id - Ketahanan pangan tidak hanya menjadi isu strategis di bidang pertanian, tetapi juga melibatkan kreativitas dan budaya sebagai kekuatan baru dalam mengatasi tantangan nasional. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) dan PT Pupuk Indonesia (Persero) menjadi contoh nyata bagaimana sinergi antar sektor mampu memberikan dampak signifikan dalam membangun ketahanan pangan Indonesia.
PTPN III berkomitmen fokus pada lima komoditas utama kelapa sawit, gula, kopi, teh, dan karet dengan tujuan besar mencapai swasembada gula pada 2028. Dalam Media Briefing bertema ‘Road Map BUMN Menuju Ketahanan Pangan’ di Jakarta, Senin (23/9/2024). Direktur Utama PTPN III, Mohammad Abdul Ghani, menyampaikan optimisme besar atas capaian ini. “Kami ingin kemandirian pangan, terutama gula, bukan sekadar ambisi ekonomi, tetapi juga menjadi dorongan untuk kesejahteraan petani yang lebih berkelanjutan,” ungkapnya.
Namun, yang menarik dari langkah strategis ini bukan hanya sekedar bisnis komoditas. Ghani menyoroti bahwa sektor perkebunan harus menjadi bagian dari narasi nasional yang lebih luas, yang menggabungkan inovasi teknologi, keberlanjutan lingkungan, serta kesejahteraan sosial. "Dengan menghubungkan komoditas seperti kopi dan teh ke pasar ekspor, kita tak hanya bicara soal peningkatan pendapatan, tapi juga cara Indonesia mengkomunikasikan kekayaan budayanya di mata dunia," tambah Ghani.
Sementara itu, PT Pupuk Indonesia membawa transformasi penting dalam mendukung produktivitas pertanian. Panji W. Ruky, Direktur Transformasi Bisnis PT Pupuk Indonesia, menyampaikan bahwa laba perusahaan hampir dua kali lipat dari Rp3,4 triliun pada 2019 menjadi Rp6,3 triliun pada 2022. Hal ini tak lepas dari kontribusi pupuk bersubsidi sebanyak 9,5 juta ton yang telah membantu petani di seluruh Indonesia. "Ketahanan pangan harus dilihat secara holistik, bagaimana kita menggabungkan inovasi teknologi dengan keberlanjutan pupuk untuk memastikan hasil pangan yang berkualitas," ujar Panji.
Tidak hanya itu, sektor kreatif turut terlibat dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Handoko Hendroyono, pegiat industri kreatif yang dikenal melalui gerakan Filosofi Kopi, menekankan bahwa elemen budaya harus berperan dalam menciptakan nilai tambah pada produk pangan. "Dengan mengangkat narasi budaya dalam rantai pasok pangan, kita bisa mempromosikan produk Indonesia seperti kopi tidak hanya sebagai komoditas, tetapi sebagai simbol identitas dan kekayaan budaya yang berharga," jelas Handoko.
Editor : Hasiholan Siahaan