JAKARTA, iNewsTangsel.id - Deteksi dini memegang peranan penting dalam upaya mengidentifikasi kanker payudara, khususnya di Indonesia yang memiliki tingkat kasus tinggi. Berdasarkan data Globocan 2022, terdapat 66.271 kasus baru kanker payudara di Indonesia, menyumbang 16,2% dari total kasus kanker baru. Selain itu, lebih dari 22.598 kematian tercatat akibat penyakit ini, menegaskan pentingnya deteksi sejak dini. Menjawab kebutuhan tersebut, RS Ciputra Surabaya, bekerja sama dengan GE Healthcare, menghadirkan Automated Breast Ultrasound System (ABUS), teknologi canggih untuk mendukung deteksi dini kanker payudara.
ABUS adalah alat pemindaian otomatis berbasis teknologi 3D yang cepat dan akurat. Dengan kualitas gambar tinggi, teknologi ini mampu mendeteksi lesi atau perubahan pada jaringan payudara, sehingga mempermudah diagnosis yang lebih cepat dan tepat.
Dr. Desak Gede Agung Suprabawati, Sp.B(K) Onk, Dokter Spesialis Bedah Onkologi, menjelaskan bahwa pemeriksaan dengan ABUS nyaman, tidak menggunakan radiasi, dan efektif untuk mendeteksi kanker pada jaringan payudara padat tanpa efek masking. Teknologi ini sangat cocok untuk wanita di bawah usia 40 tahun, ibu hamil, pasien dengan implan, atau mereka yang sensitif terhadap radiasi. “Mammografi memang menjadi standar emas deteksi kanker payudara, tetapi pada wanita dengan jaringan payudara padat, hasil pemeriksaan bisa terbatas,” jelasnya, Sabtu (4/1/2025).
Dr. Sidharta, Sp.Rad, Dokter Spesialis Radiologi, menambahkan pentingnya kesadaran akan faktor risiko dan gejala kanker payudara. “Banyak pasien datang pada stadium lanjut akibat keterlambatan deteksi. ABUS terbukti meningkatkan deteksi kanker payudara invasif hingga 55% dibandingkan mammografi saja,” ujarnya.
Selain menghadirkan teknologi ABUS, kolaborasi RS Ciputra Surabaya dan GE Healthcare juga melibatkan edukasi masyarakat melalui sesi health talk, talkshow, pengecekan kanker payudara, dan hospital tour. Acara ini bertujuan mendorong masyarakat untuk rutin melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dan memahami kanker payudara lebih dalam.
Editor : Hasiholan Siahaan